Menu

Minggu, 04 April 2021

Menjadi Nara Sumber pada Penataran Seputar Ramadhan (PSR) UNSULBAR

Unsulbar News, Majene. Dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan 1442H, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Qalam, Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) gelar Penataran Seputar Ramadhan (PSR) melalui aplikasi zoom meeting, Minggu (4/4/21).

Mengusung tema “Menyambut Ramadhan Dengan Sejuta Cinta”. PSR ini dihadiri oleh ratusan peserta dari kalangan umum terutama mahasiswa, baik dari dan luar Unsulbar. PSR tersebut dibuka dengan lantunan ayat suci Al-quran oleh Ashari yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), diiringi dengan terjemahan oleh Haedar mahasiswa Unsulbar.

Dilanjutkan dengan sambutan ketua UKM LDK Al-Qalam Unsulbar, Firman, dan sambutan oleh perwakilan rektor Unsulbar, Dr Umar, S Pd M Pd.

Adapun Firman, berharap kegiatan PSR tersebut, peserta yang hadir dapat mengamalkan ilmu yang disampaikan oleh dua pemateri.

“Pertama kepada peserta diharapkan untuk bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang tadi didapatkan atau disampaikan oleh para ustadz tentang bagaimana beraktivitas, apa amalan-amalan apa saja yang ada di bulan Ramadan untuk bisa diamalkan,” ujarnya.

Akhir kata, ia juga menambahkan pesan kepada pihak kampus, mengingat bahwa Unsulbar mayoritas islam, agar bisa diperjelas dan dipercepat pembangunan masjid karena posisi kampus di parang-parang sangat jauh untuk shalat.

Kesempatan tersebut, Dr. Umar menyinggung tentang pembangunan masjid yang insya Allah dibangun di dekat Perpustakaan Unsulbar. Namun sembari menunggu pembangunan, LDK Al-Qalam bisa memanfaatkan dan mengelola musolah yang ada di laboratorium terpadu.

Usai sambutan, kegiatan berlanjut dengan penyampaian materi pertama oleh Ust  H Ardian Kamal, M Sc selaku Ketua Yayasan Amal Jariyah Indonesia. Materi yang dibawakan dengan judul “Meraih Kemuliaan Ramadhan”, membahas mengenai apa saja kemuliaan Ramadhan dan bagaimana mencapai mencapai kemuliaan Ramadhan itu, sehingga kita cinta kepada bulan Ramadhan.

Seperti yang diriwayatkan dalam hadis berikut:

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi”

(HR. Ahmad)

Lalu materi kedua, Ust Qamus Mustamin, LC S H M Pd, dengan judul materi “Manajemen Kuliah dan Ibadah Ramadhan”

Ust Qamus Mustamin menjelaskan bahwasanya bulan Ramadhan itu waktunya terbatas sehingga perlu adanya aktivitas manajemen.

“Ramadan itu adalah bulan yang hanya terdiri dari beberapa hari, yakni 29 sampai 30 hari. Sementara itu ada begitu banyak amalan, ibadah, kewajiban dan aktivitas yang harus anda lakukan dalam bulan suci ramadhan, sehingga kita harus melakukan aktivitas manajemen,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, empat aktivitas manajemen kuliah, yakni pertama Planning, yaitu tentukan atau targetkan aktivitas-aktivitas yang akan kita lakukan terutama tentang perkuliahan seperti tugas dari dosen. Kemudian Organizing, yaitu bagaimana kita melaksanakan mana yang perlu didahulukan dan mana yang diakhirkan.

Selanjutnya Actuating, yaitu melaksanakan apa yg akan kita rencanakan. Dan terakhir Controlling, yaitu periksa mana amalan yang telah kita lakukan dan mana belum, mana amalan yang telah sempurna dan mana yang belum sempurna.

https://www.unsulbarnews.com/sambut-ramadhan-ldk-al-qalam-unsulbar-gelar-penataran

Jumat, 04 September 2020

Mentadabburi Surat Luqman : 12-13

 Jumat, 4 September 2020

Khutbah Jumat

Oleh : Ustad Qamus Mustamin

Ma’asyiral muslimin sidang jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala

Alhamdulillah, marilah kita semua bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pada hari yang mulia ini, dan di tempat yang mulia ini kembali Allah Subhanahu Wata’ala memberi kesehatan dan kesempatan kepada kita sekalian sehingga kita bisa melaksanakan salah satu diantara kewajiban kita, yaitu shalat jumat secara berjamah. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menerima shalat jumat ini dan menjdikannya sebagai pelebur daripada dosa-dosa kita dari jumat yang lalu sampai jumat kali ini.

Kemudian salam dan shalawat tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan Nabi kita Nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang senantiasa akan kita jadikan suri tauladan dalam menghadapi dan menjalani kehidupan kita, sehinggah semoga apa yang telah diajarkan oleh nabi kita Shallallahu Alaihi wasallam  dapat kita ketahui dan amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala

Pada kesempatan yang mulia ini izinkanlah kami untuk mengingatkan akan firman Allah Subhanahu Wata’ala, kita tadaburi ayat Allah Subhanahu Wata’ala di dalm surah lukman ayat 12-13 dimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


  وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢) وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)


Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ

Sungguh kami telah memberikan hikmah kepada lukman

أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ

Agar engkau senantiasa bersyukur kepada 

وَمَنْ يَشْكُر

Karena barang siapa yang bersyukur

فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

Maka sungguh dia telah bersyukur untuk dirinya sendiri

وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan barang siapa yang kufur akan nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wata’ala maka sesungguhnya nikmat Allah Subhanahu Wata’ala maha kaya lagi maha terpuji

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ

Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada putranya

وَهُوَ يَعِظُهُ

Sambil dia memberi pelajaran kepada anaknya

يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ

Wahai anandaku janganlah engkau mempersekutukan Allah

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya kesyirikan merupakan kezholiman yang sangat besar

Hadirin yang dimuliakan Allah Subhanahu Wata’ala

Ayat ini sudah sering kita dengarkan, bahkan mungkin kebanyakan kita telah menghafalkannya ayat ini. Dimana Allah Subhanahu Wata’ala telah mengabarkan kepada kita suatu sosok atau tokoh yang diabadikan namanya oleh Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an. Dan tidaklah Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan nama secara tegas dan jelas di dalam Al-Quran kecuali nama tersebut, orang tersebut, tokoh tersebut merupakan orang yang dimulikan atau bisa jadi juga merupakan orang yang dihinakan Allah Subhanahu Wata’ala dengan penyebutannnya dan pengabadian nama daripada orang tersebut yang ada di dalam Al-Qur’an. Tokoh kita ini adalah lukman. Tidaklah Allah Subhanahu Wata’ala

menyebutkan nama Lukman di dalam Al-Qur’an, kecuali dengan pujian bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah memberikan hikmah kepada lukman ini. Karena itu, Lukman dikenal sebagai lukmanul hakim, yaitu lukman yang banyak diberi hikmah oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Barang siapa yang diberi hikmah oleh Allah Subhanahu Wata’ala maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang sangat banyak dari sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Karena itu jama’ah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala menjadi pelajaran bagi kita bahwasanya bagaimana kita berupaya untuk meraih tingkatan hikmah ini. Karena hikmah ini hadirin yang sama berbahagiah tidak semua orang bisa menggapainya, tidak semua orang bisa mandapatkan dan menjadikan hikmah ini sebagai sifat dan sikap dalam kesehariannya. Tidaklah hikmah itu dapat diraih kecuali bila kita memiliki ilmu. Karena itu, kata-kata hikmah senantiasa digandengkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an bersama dengan ilmu. Ketika Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan kepada para malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda yang telah diajarkan kepada Adam alaihis shalatu waalaihi wasallam. Beritahukanlah kepada saya  (kata Allah Subhanahu Wata’ala) wahai para malaikat nama-nama benda yang telah aku ajarkan kepada Adam apabila kalianlah benar. Tapi apa kata para malaikat, maha suci engkau ya Allah tidak ada ilmu yang kami ketahui kecuali ilmu yang telah engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya engkau zat yang maha mengetahui lagi maha bijaksana. Karena itu jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala banyak orang yang belajar, banyak orang yang berilamu tapi belum tentu dia mendapat hikmah, banyak orang berilmu tapi belum tentu dapat menjadi bijak dalam kehiddupanya, begitu banyak orang yang berilmu tetapi mereka tidak memiliki hikmah di dalam mengambil keputusan-keputusan, tidakan-tindakan atau perbuatan-perbuatannya. Karena itu jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala sekali lagi ini menjadi pelajaran bagi kita sekalian bahwa untuk dapat menjadi seseorang yang memiliki, yang akan dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan diberikan banyak kebaikan dari sisi Allah Subhanahu Wata’ala maka kita harus memulai dengan belajar, belajar, dan belajar hinggah kita menjadi orang yang berilmu (banyak ilmunya, dalam ilmunya, dan luas ilmunya) sehinggah kita memiliki kebijakan atau hikmah dalam setiap mengambil keputusan dan tindakan. Karena itu jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala negara kita ini di dalam amanahnya berbentuk kerakyatan harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki hikmah. Dalam pancasila sila yang keempat yang mengatakan (kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan). Untuk dapat dapat menjayakan negara kesatuan republik ini maka dia harus dipimpin oleh seorang yang hikmat, seorang yang memilki ilmu. Karena itu jama’ah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kita sangat berharap, kita sangat berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala semoga kelak Allah akan benar-benar membangkitkan orang-orang yang berilmu yang memiliki hikmat tersebut untuk dapat memimpin kita.

Inilah amanah Allah Subhanahu Wata’ala yang menjadi tantangan bagi kaum muslimin untuk bisa menjadi orang-orang yang memiliki ilmu. Ilmu dari Allah Subhanahu Wata’ala sebagaimana yang dikatakan oleh para malaikat (tidak ada ilmu yang kami ketahui kecuali ilmu yang engkau ajarkan ya Allah). Karena itu jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala ilmu agama kita ini InsyaAllah adalah ilmu yang dapat memuliakan kita ( al mujadilah ayat 11) Allah Allah Subhanahu Wata’ala akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memiliki pengetahuan yang sangat banyak derajatnya di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. 

Jama’ah sekalian yang dimulikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala

Setelah Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan bahwa Lukman diberi hikmah oleh Allah. Allah kemudian memberi suatu contoh hikmat yang ditunjukkkan olek lukman dalam kehidupannya yang diabadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an pada ayat selanjutnya ketika Allah menceritakan bahwa 

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ

Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada putranya

وَهُوَ يَعِظُهُ

Sambil dia memberi pelajaran kepada anaknya

يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ

Wahai anandaku janganlah engkau mempersekutukan Allah

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya kesyirikan merupakan kezholiman yang sangat besar

Dari ayat ini kita mendapatkan hikmah dan pelajaran bahwasanya seorang ayah yang bisa mengajarkan anak-anak dan keturunannya maka dia harus memiliki ilmu terlebih dahulu lalu bisa memberi hikmah kepada anak-anaknya. Karena itu seorang ayah yang tidak berilmu apatah lagi tidak sampai pada derajat hikmah, maka kebanyakan ayah-ayah akan menjadi ayah-ayah yang bisu yang tidak bisa membangun komunikasi dialog bersama dengan anaknya. Karena itu jama’ah sekalian yang dimuliakan Allah Subhanahu Wata’ala ada seorang mahasiswa Universitas Ummul Quro di Saudi Arabiah dari fakultas pendidikan pernah meneliti tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan dan lebih spesifik lagi pendidikan orang tua kepada anak dan lebih spesifik lagi pendidikan seorang ayah kepada anaknya. Di dalam penelitiannya mahasiswa ini menemukan ada tujuh belas ayat yang berbicara tentang dialog antara orang tua dengan anak. Namun menariknya adalah bahwa dari tujuh belas ayat tersebut ada empat belas ayat yang berbicara antara ayah dengan anak. Dan hanya dua ayat yang menceritakan dialog antara ibu dengan anaknya. Dan satu lagi tidak diketahui apakah dari ayah atau dari ibu. Karena itu jama’ah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam berbagai komperensi internasional pernah dipaparkan bahwa ternyata baiknya ginerasi-generasi terdahulu itu disebabkan karena baiknya hubungan psikologi atau hubungan secara langsung mental bersama ayah dan anak, dan rusaknya generasi kita hari ini desebabkan karena jauhnya generasi-generasi kita atau anak-anak kita dari ayah-ayah mereka sekalipun mereka serumah tetapi mereka kehilangan ayah, mereka kehilangan sosok dari ayah atau bapak, kenapa? Karena dialog antara ayah dengan anak tersebut. Sehinggah apa yang terjadi hadirin yang sangat bebahagiah ketika putus dialog antara ayah dengan anak maka inilah kemudian yang akan memunculkan dua generasi yang sama-sama kita tidak menginginkannya. Pertama munculnnya generasi-generasi tang lebai dan lemah atau yang kedua memunculkan generasi-generasi yang ekstrimis, Karena mereka memiliki tabiat seorang pemberani atau nyali tetapi kemudian tidak mendapatkan bimbingan dan arahan yang benar dari seorang ayah. Ini setidaknya hadirin yang sama berbahagiah dua hal yang sangat bertentangan yang sama-sama kita tidak inginkan, yaitu generasi yang lebai atau gnerasi yang terlalu ekstrim. Generasi yang lebai mereka adalah generasi-generasi yang lapar ayah yang tidak dibimbing oleh ayahnya, yang tidak diarahkan oleh ayahnya, dan tidak dekat dengan ayahnya. Generasi yang lapar ayah mereka yang dikandung ibunya disusui oleh ibunya kemudian dia sedikit beranjak besar dia dimandikan oleh ibunya, diberi makan oleh ibunya, digantikan popok oleh ibunya, sementara ayah jauh dari kegiatan kegiatan seperti itu. Kita biasanya terlalu sibuk dengan pekerjaan kita sehinggah seolah-olah tidak lagi memiliki waktu bersama anak-anak kita. Setelah itu dia kemudian masuk di dunia pendidikan, dia sekolah masuk ke taman bermain , masuk ke PAUD mereka ketemu dengan guru-gurunya. Guru-gurunya adalah ibu-ibu, guru-gurunya adalah perempuan. Masuk SD lagi-lagi gurunya adalah perempuan. Sehinggah yang tergambar yang kemudian menjadi maindsed dan gambaran dari pada anak-anak kita adalah selalu dihadapannya adalah ibu. Dia memakai make up dan sebagainya. Itu yang terekam sehinggah buminglah dan firallah istialah ayah ditengah-tengah kita. Banyak sekali kita temukan perkataan ayah ambilka dan seterusnya. Ini karena dialog yang terputus dari ayah dan anaknya. Paling tidak ayah hanya bisa mengatakan kamu sudah tidur, kamu sudah makan, atau kamu belajar. Hanya itu-itu dialog yang terbangun diantara mereka, sehinggah kemudian tidak ada hikmah untuk mengajarkan anak itu kebaikan dari satu kebaikan menuju kebaikan yang berikutnya hingga dia  menjadi orang yang sempurna. Dan sebaliknnya jamaah sekalian anak yang tidak diajarkan dengan  baik, tidak diarahkan dengan baik yang notabene anak itu memiliki keberanian dan nyali maka muncullah generasi-generasi yang radikal, muncullah generasi yang suka menteror. Inilah lukman hadirin yang sama berbahagiah yang telah membuktikan kepada kita, yang telah diceritakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala yang kemudian kita petik hikmahnya bahwa seorang ayah hendaknya senantiasa memberi pelajaran kepada anaknya dan pelajaran pertama itu adalah laa tusyrikbillah janganlah engkau mensyirikkan Allah, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Karena kenapa hadirin yang sama bergbahagiah? sesungguhnya kesyirikan merupakan kezhaliman yang sangat besar. Siapapun yang mensyirikkan Allah, siapa pun yang mempersekutukan Allah maka diharamkan baginya surga oleh Allah Subhanahu Wata’ala.



Jumat, 07 Agustus 2020

Bertaqarrub dengan Al Qur'an


 Khobbab Radhiyallahu 'Anhu mengungkapkan:

Qamus Mustamin

"Mendekatlah kepada Allah sesuai kesanggupanmu, namun tidaklah engkau bertaqarrub kepada-Nya dengan sebuah amalan yang lebih dicintai oleh Allah kecuali membaca firman-firman-Nya"

Jumat, 03 Juli 2020

Komitmen Memelihara Amal-amal Sunnah

Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah ialah ikhtiar seorang hamba yang mengejar cinta Allah, karena Allah sendiri telah menjanjikan cinta tersebut dalam hadis Qudsi-Nya bahwa tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku sunnahkan bagi mereka sampai Aku mencintainya.

Jumat, 05 Juni 2020

Shalawat Kepada Nabi Merupakan Bakti Anak Pada Ayah

Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memiliki keutamaan yang tak terhingga, satu shalawat yang dilantunkan oleh seorang Muslim setidaknya akan diganjar oleh Allah dengan sepuluh shalawat, sepuluh pahala, sepuluh kali pengangkatan derajat, dan sepuluh pengampunan dosa dari Allah Subhana Wa Ta'alaa.