Menu

Senin, 27 September 2010

Dzikir Rasulullah

Nabi umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau selalu menghubungkan hatinya dengan Allah Ta'ala. Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur, istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi yang mensyukuri karunia Allah dan rasul yang selalu memuji keagungan-Nya. Beliau mengenal kebesaran Allah , dengan itu beliau senantiasa memuji-Nya, memohon kepada-Nya dan kembali menuju ampunan-Nya. Beliau mengetahui betapa berharga waktu yang diberikan, beliau pergunakan sebaik-baiknya dengan selalu mengisi waktu dalam ketaatan dan ibadah.

'Aisyahradhiyallahu 'anhaberkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu." (HR. Muslim)

Makanan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Meja makan dan piring silih berganti dipajang di rumah para pembesar kaum dan para penguasa. Lain halnya dengan Nabi umat ini, padahal negara beserta rakyatnya di bawah kekuasaan beliau. Unta yang penuh dengan muatan tiada henti-hentinya datang kepada beliau. Emas dan perak selalu terhampar di hadapan beliau. Tahukah kamu makanan dan minuman beliau? Apakah seperti hidangan para raja? Atau lebih mewah dari itu? Ataukah seperti hidangan orang-orang kaya dan bergelimang harta? atau lebih lengkap dan lebih komplit? janganlah terkejut melihat hidangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sederhana lagi memprihatinkan. Anas bin Malik mengungkapkan kepada kita sebagai berikut: "Rasulullah tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu." (HR. At-Tirmidzi)

Minggu, 26 September 2010

Kasih Sayang Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Kepada Anak-Anak

Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Allah Ta'ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya." (HR. Al-Bukhari)

Bingkisan dan Tamu Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Sentuhan perasaan dan gejolak emosional adalah sesuatu yang selalu hadir dan dibutuhkan dalam kehidupan seorang insan, baik di tengah masyarakat, keluarga maupun di dalam rumahnya. Bingkisan hadiah adalah salah satu sarana untuk merekatkan hati dan meluluhkan dendam serta amarah.

'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu." (HR. Bukhari)

Pemberian hadiah dan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa syukur ini hanya muncul dari jiwa yang mulia dan hati yang tulus. Akhlak yang mulia merupakan akhlak para nabi dan sunnah para rasul. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam adalah teladan yang terdepan dan panutan yang luhur dalam masalah tersebut. Bukankah beliau telah menegaskan:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah ia memuliakan tamu. Hak tamu ialah sehari semalam. Kewajiban melayani tamu adalah tiga hari, lebih dari itu merupakan sedekah. Seorang tamu tidaklah boleh berlama-lama sehingga memberatkan tuan rumah." (HR. Al-Bukhari)

Pelayan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Seorang pelayan yang miskin papa lagi lemah, namun oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ditempatkan pada kedudukan yang layak. Beliau mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan keduduk-annya yang lemah. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah memberikan pengarahan dalam memperlakukan pelayan dan pekerja, beliau bersabda:

"Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Allah Ta'ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu memberikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya." (HR. Muslim)

Simaklah penuturan seorang pelayan tentang majikannya. Sebuah penuturan yang sangat mengagumkan dan pengakuan yang mengesankan serta pujian nan agung. Pernahkah Anda melihat seorang pelayan memuji majikannya sebagaimana pujian yang diberikan pelayan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam kepadanya!?"

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku pernah menjadi pelayan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam selama sepuluh tahun. Tidak pernah sama sekali beliau mengucapkan "hus" kepadaku. Beliau tidak pernah membentakku terhadap sesuatu yang kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa engkau kerjakan begini!" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang tidak kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa tidak engkau kerjakan!" (HR. Muslim)

Bukan hitungan hari atau bulan, tetapi genap sepuluh tahun! Jangka waktu yang sangat panjang. Yang penuh dengan suka dan lara, tangis dan tawa. Penuh dengan emosi jiwa dan pasang surut kehidupan. Ayah ibuku menjadi tebusannya, meskipun demikian beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah membentak atau memerintahnya. Justru sebaliknya, beliau memberikan balasan yang setimpal, membuat bahagia perasaan pelayannya, menutupi kebutuhan mereka beserta keluarga serta mendoakan mereka.

Anas Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Ibuku pernah berkata: "Wahai Rasulullah, anak ini akan menjadi pelayanmu, doakanlah ia." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam kemudian berdoa:
"Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya harta dan keturunan yang banyak dan berkahilah rizki yang Engkau curahkan kepadanya." (HR. Al-Bukhari)

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang pemberani. Hanya saja keberanian itu cuma beliau pergunakan untuk membela kebenaran semata. Beliau tidak pernah mengebiri hak kaum lemah yang berada di bawah tanggung jawab beliau, baik itu sang istri maupun si pelayan.



'Aisyah Radhiallaahu anha menuturkan:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Ta'ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim).

Itulah 'Aisyah Radhiallaahu anha, yang telah berulang kali mengungkapkan keluhuran budi sebaik-baik hamba yang terpilih. Telah banyak sekali riwayat yang bercerita tentang keagungan pribadi dan keelokan pergaulan beliau. Sampai-sampai kaum kafir Quraisy juga mengakuinya.

'Aisyah Radhiallaahu anha kembali mengungkapkan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Ta'ala. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah Ta'ala dilanggar orang, maka beliau adalah orang yang paling marah karenanya. Dan sekiranya beliau diminta untuk memilih di antara dua perkara, pastilah beliau memilih yang paling ringan, selama perkara itu tidak menyangkut dosa." (HR. Al-Bukhari)

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam menyeru umatnya untuk berlaku lemah lembut dan sabar. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Lembut, dan menyukai kelembutan dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)


Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Tawadhu' Rasulullah Shalallaahu alaihi Wasalam

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur'an sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah Radhiallahu'anha, ia berkata: "Akhlak Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah Al-Qur'an." (HR. Muslim).

Beliau juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)

Salah satu bentuk ketawadhu'an Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah; beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
"Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud)

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada beberapa orang memanggil Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam segera menyanggah seraya berkata:
"Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepadaku." (HR. An-Nasai)

Sebagian orang ada yang menyanjung Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam secara berlebihan. Sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengetahui ilmu ghaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala telah menyanggah keyakinan seperti itu. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik keman-fa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan." (Al-Araf: 188)

Demikianlah akhlak Nabi yang mulia, seorang utusan Allah Subhannahu wa Ta'ala , sebaik-baik manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senan-tiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya. Beliau tidak menyukai kesombongan, bahkan beliau adalah pemimpin kaum yang tawadhu' dan penghulu kaum yang tunduk patuh kepada Rabb Subhannahu wa Ta'ala . Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan:
"Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak menyukai cara seperti itu." (HR. Ahmad)

Layangkanlah pandanganmu kepada Nabi umat ini Shalallaahu alaihi wasalam . Saksikan sikap tawadhu' beliau yang sangat menga-gumkan dan keelokan akhlak yang langka ditemukan. Beliau tetap bersikap tawadhu' terhadap seorang wanita miskin. Beliau luangkan waktu untuk melayaninya, padahal waktu beliau penuh dengan amal ibadah!

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Suatu hari seorang wanita datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ia mengadu kepada beliau sambil berkata: "Wahai Rasulullah, saya membutuhkan sesuatu dari Anda." Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya: "Pilihlah di jalan mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini, tunggulah aku di sana, niscaya aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu)." (HR. Abu Daud)

Beliau hadir dengan segenap jiwa yang terpuji lagi elok.
Menjulang tinggi ke tempat yang terpuji dengannya.
Bila disingkap kesturi dari cincinnya kepada jagad raya
niscaya setiap orang akan merasakan harumnya
baik yang di gunung maupun di lembah.
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu' baik dalam ilmu ataupun amal.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam beliau bersabda:
"Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari)

Semoga hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tadi menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang yang takabbur dari sifat sombong dan angkuh.

Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan bahwa beliau Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji zarrah kesombongan." (HR. Muslim)

Sifat sombong merupakan jalan menuju Neraka, wal 'iyaadzubillah, meskipun hanya sebesar biji zarrah. Cobalah lihat hukuman yang ditimpakan terhadap orang yang sombong dan angkuh cara berjalannya. Betapa besar kemurkaan dan kemarahan yang diturunkan Allah Ta'ala atasnya. Dan betapa pedih siksa yang dideritanya.

Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam beliau bersabda:
"Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaiannya, takjub dengan kehebatan dirinya sendiri, rambutnya tersisir rapi, berjalan dengan angkuh. Namun tiba-tiba Allah Ta'ala menenggelamkannya. Dia terus terbenam ke dasar bumi sampai hari Kiamat." (Muttafaq 'alaih)

Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Tangis Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Setiap orang pasti pernah menangis, baik kaum pria maupun wanita. Akan tetapi tahukah kamu, mengapa dan karena siapa mereka menangis? Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam juga menangis, padahal dunia berada dalam genggamannya jika beliau menghendaki. Dan Surga ada di hadapan beliau, sementara beliau berada di tempat yang paling tinggi di dalamnya. Benar, beliau memang sering menangis, sebagaimana tangisan seorang hamba ahli ibadah. Beliau menangis di dalam shalat tatkala bermunajat kepada Rabb Subhannahu wa Ta'ala . Beliau juga menangis ketika mendengarkan tilawah Al-Quran. Tangisan yang bersumber dari kelembutan hati dan ketulusan nurani serta dari ma'rifat keagungan Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Dari Mutharrif –yakni bin Abdillah bin Asy Syikhkhir- dari bapaknya –yakni Abdullah bin Asy Syikhkhir Radhiallaahu anhu - ia berkata:
Aku datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika beliau sedang shalat. Dari rongga dada beliau keluar suara seperti bunyi air yang tengah mendidih di dalam kuali, disebabkan tangis beliau." (HR. Abu Daud)

Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah berkata kepadaku: "Bacalah Al-Qur'an untukku" aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah aku yang harus membacanya, sedangkan Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu?" beliau menimpali: "Aku lebih suka mendengarkannya dari orang lain." Akupun membacakan surat An-Nisaa' untuk beliau. Hingga telah sampai pada ayat: "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS. An-Nisa: 41) Aku lihat air mata beliau menetes." (HR. Al-Bukhari)

Cobalah perhatikan uban yang menghiasi rambut beliau. Jumlahnya lebih kurang delapan belas helai di kepala dan janggut beliau. Camkanlah dengan mata hatimu, dengarkanlah kisah uban putih tersebut dari penuturan beliau. Abu Bakar Radhiallaahu anhu pernah bertanya: "Wahai Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , sungguh Anda telah beruban." Beliau menjawab:
"Surat Hud, surat Al-Waqi'ah, surat Al-Mursalat, surat 'Amma yatasaa`aluun dan surat Idzasy Syamsu kuwwirat telah menyebabkan aku beruban." (HR. At-Tirmdzi)

Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Shalat Sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di Rumah

Rumah yang tegak di atas pilar-pilar keimanan, penuh dengan ibadah dan dzikir, itulah rumah idaman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mewasiatkan agar rumah kita seperti itu. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
"Lakukanlah beberapa shalat-shalat sunnah di rumahmu. Jangan jadikan rumahmu bagaikan kuburan." (HR. Al-Bukhari)

Ibnul Qayyim –rahimahullah- berkata: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengerjakan seluruh shalat-shalat sunnat di rumah. Demikian pula shalat sunnah yang tidak berkaitan dengan tempat tertentu, beliau lebih suka mengerjakannya di rumah. Terutama shalat sunnat ba'diyah maghrib, tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah mengerjakannya di masjid. Ada beberapa faidah mengerjakan shalat sunnah di rumah, di antaranya:

1. Meneladani sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam .
2. Mengajarkan tata cara shalat kepada istri dan anak-anak.
3. Mengusir setan-setan dari rumah disebabkan dzikir dan tilawah Al-Quran.
4. Lebih membantu dalam mencapai ibadah yang ikhlas dan jauh dari penyakit riya'


Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Shalat Dhuha Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Matahari telah meninggi, terik cahayanya pun mulai menyengat. jilatan panasnya seakan membakar wajah. Waktu dhuha telah tiba. Waktu untuk bekerja dan menunaikan kebutuhan. Meskipun beban risalah begitu berat seperti, menjamu duta-duta yang datang berkunjung, memberikan ta'lim (pengarahan) kepada para sahabat Radhiallaahu anhum serta menunaikan hak keluarga, namun beliau tidak pernah lupa beribadah kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Mu'adzah berkata: "Aku bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha: "Apakah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam sering mengerjakan shalat Dhuha?" ia menjawab: "Tentu, beliau sering mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat bahkan lebih dari itu seluang waktu yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala ." (HR. Muslim)

Bahkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam juga mewasiatkan hal itu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata:
Kekasihku (Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ) telah mewasiatkan kepadaku agar berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, agar mengerjakan shalat duha dan agar aku mengerjakan shalat witir sebelum tidur." (Muttafaq 'alaih)



Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Ketika Fajar Menyingsing

Ketika Fajar Menyingsing

Setelah keheningan malam mulai memecah, seiring dengan fajar yang mulai merekah, saat kewajiban shalat shubuh selesai ditunaikan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tetap duduk di tempat selepas shalat shubuh untuk berdzikir menyebut asma Allah Subhannahu wa Ta'ala sampai terbit matahari. Kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat. Jabir bin Samurah Radhiallaahu anhu menceritakan kepada kita:
Biasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam selalu duduk di tempat shalat seusai menunaikan shalat subuh sampai matahari benar-benar meninggi." (HR. Muslim)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menganjurkan umatnya agar meng-amalkan sunnah yang agung tersebut. Beliau menyebutkan pahala dan balasan yang besar bagi orang yang meng-amalkannya.

Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
"Barang siapa yang ikut shalat fajar berjamaah di masjid, lalu duduk berdzikir mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala sampai matahari terbit, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna." (HR. At-Tirmidzi)


Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Shalat Malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Malam telah datang menjelang di langit kota Madinah, suasana gelap menyelimuti jagad raya. Namun Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menerangi sudut-sudut kota dan menghidupkan malamnya. Beliau bermunajat kepada Allah Ta'ala Rabb alam semesta. Beliau memohon kepada Dzat yang mengurus segala perkara guna melaksanakan perintah Sang Pencipta:
"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (Al-Muzzammil: 1-4)

Abu Hurairah Radhiallahu anhu menceritakan:
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa mengerjakan shalat malam hingga membengkak kedua telapak kakinya. Ada yang bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan sedemikian itu, bukankah Allah telah mengampuni segala dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang?" beliau menjawab: "Bukankah selayaknya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?" (HR. Ibnu Majah).

Al-Aswad bin Yazid berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . 'Aisyah menjawab: "Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu' lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat." (HR. Al-Bukhari)

Shalat malam beliau sangat mengagumkan, ada baiknya kita ketahui panjang ayat yang dibacanya. Semoga dapat kita jadikan contoh dan teladan.

Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu mengisahkan:
Pada suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengawali shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati, "Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, "Mungkin, beliau selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalam satu raka'at ternyata beliau terus memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut dengan bacaan tartil. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah Ta’ala beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Ta’ala, beliau segera mengucapkan ta'awwudz. Ketika ruku' beliau membaca:

Subhaana Rabbiyal ‘Adzhiim ( "Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung." )

Lama ruku' beliau hampir sama dengan lama ber-diri. Kemudian beliau mengucapkan:
Sami’allahuliman hamidah, Rabbana lakal hamdu
"Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu."

Kemudian beliau tegak berdiri (i'tidal), hampir sama lamanya dengan ruku'. Kemudian beliau sujud dan membaca:
Subhaana Rabbiyal ‘A’la ( "Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur." )
Lama sujud beliau hampir sama dengan lama i'tidal." (HR. Muslim)

Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Tidur Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Ubay bin Ka'Ab Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
"Jika salah seorang di antara kamu mendatangi pembaringannya, hendaklah mengibaskan kasurnya dengan ujung kain (untuk membersihkannya) serta sebutlah asma Allah Subhanahu wa Ta'ala Sebab ia tidak tahu kotoran apa yang melekat pada kasurnya itu sepening-galnya. Jika hendak berbaring, hendaklah berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan hendaklah mengucapkan:

"Maha suci Engkau Ya Allah Ya Rabbi, dengan menyebut nama-Mu aku meletakkan tubuhku, dan dengan nama-Mu jua aku mengangkatnya kembali. Jika Engkau mengambil ruhku (jiwaku), maka berilah rahmat padanya. Tetapi, bila Engaku melepas-kannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih." (HR. Muslim)

Di antara bimbingan yang beliau ajarkan kepada setiap muslim dan muslimah adalah:
"Jika kamu mendatangi pembaringanmu, hendaklah berwudhu' sebagaimana engkau berwudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah dengan bertelekan pada rusuk kananmu."

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata:
Setiap kali Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam hendak tidur di pembaring-annya pada tiap malam, beliau merapatkan kedua telapak tangannya. Lalu meniupnya dan membaca surat Al-Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad), surat Al-Falaq (Qul A'uudzu birabbil Falaq) dan surat An-Naas (Qul A'uudzu birabbin Naas). Kemudian beliau mengusap tubuh yang dapat dijangkau dengan kedua telapak tangannya itu. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali." (HR. Bukhari)

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu meriwayatkan: "Setiap kali Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam hendak tidur di pembaringannya beliau selalu berdoa:
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum dan memberi kami kecukupan dan tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak mempunyai Tuhan yang mem-berikan kecukupan dan tempat berteduh." (HR. Muslim)

Dari Abu Qatadah Radhiallaahu anhu ia berkata:
"Sesungguhnya bila Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam beristirahat dalam perjalanannya di malam hari, beliau berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan apabila beliau beristirahat pada waktu menjelang subuh, beliau tegakkan lengan dan beliau letakkan kepala di atas telapak tangan." (HR. Muslim)

Meskipun anugrah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala curahkan kepada kita begitu banyak, namun cobalah lihat wahai saudaraku, kasur yang dipakai penghulu para Nabi, penutup para rasul, makhluk yang paling utama, sebaik-baik bani adam di atas muka bumi. Diriwayatkan oleh 'Aisyah Radhiallaahu anhu ia berkata:
"Sesungguhnya kasur yang dipakai oleh Rasulullah r hanyalah terbuat dari kulit binatang (yang telah disamak) yang diisi dengan sabut kurma." (HR. Muslim)

Pada suatu ketika, beberapa orang sahabat Radhiallaahu anhum datang menemui beliau, berikut juga Umar Radhiallaahu anhu. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lantas bangkit merubah posisinya, Umar Radhiallaahu anhu melihat tidak ada kain yang melindungi tubuh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dari tikar yang dipakainya berbaring. Ternyata tikar tersebut membekas pada tubuh beliau Shalallaahu alaihi wasalam . Melihat pemandangan itu Umar Radhiallaahu anhu pun menangis. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bertanya kepadanya: "Apakah gerangan yang membuatmu menangis wahai Umar?" ia menjawab: "Demi Allah, karena saya tahu bahwa engkau tentu lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada raja Kisra maupun Kaisar. Mereka dapat berpesta pora di dunia sesuka hatinya. Sedangkan Engkau adalah seorang Utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala namun keadaan engkau sungguh sangat memprihatinkan sebagaimana yang aku saksikan sekarang," Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Tidakkah engkau ridha wahai Umar, kemegahan dunia ini diberikan bagi mereka, sedangkan pahala akhirat bagi kita!" Umar Radhiallaahu anhu menjawab: "Tentu saja!" "Demikianlah adanya!" jawab Nabi." (HR. Ahmad)

Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah." (Lihat Shahih Jami' Shaghir karya Al-Albani)

Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil 'Aisyah radhiyallahu 'anha dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.

Aisyah radhiyallah 'anha menuturkan: "Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya:
"Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ), Malaikat Jibril 'alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu." (Muttafaq 'alaih)

Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:
Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya." (HR. Muslim)

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.

Diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menjawab pertanyaan 'Amr bin Al-'Ash radhiyallah 'anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.

Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Siapakah orang yang paling engkau cintai?" beliau menjawab: "'Aisyah!" (Muttafaq 'alaih)

Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah- kisah 'Aisyah radhiyallah 'anha bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membahagiakan 'Aisyah radhiyallahu 'anha.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata:
"Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana." (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah radhiyallah 'anha mengisahkan:
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: "Kemarilah! sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!" (HR. Ahmad)

Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!"

Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah 'anhu. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu 'anha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah 'anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah 'anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.

Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu'an beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu' kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.


Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Putra-putri Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Putra-putri Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Pada zaman jahiliyah, kelahiran seorang bayi perempuan adalah lembaran hitam dalam kehidupan sepasang suami istri. Bahkan merupakan lembaran hitam bagi keluarga dan kabilahnya. Kepercayaan masyarakat jahiliyah seperti itu mendorong mereka mengubur anak perempuan hidup-hidup karena takut cela dan aib. Penguburan anak perempuan tersebut dilakukan dengan cara yang sangat sadis tanpa ada rasa sayang dan belas kasih sama sekali. Anak perempuan tersebut dikubur hidup-hidup. Mereka melakukan perbuatan terkutuk itu dengan berbagai macam cara. Di antaranya, jika lahir seorang bayi perempuan, mereka sengaja membiarkan bayi itu hidup sampai berusia 6 tahun, kemudian si bapak berkata kepada ibu anak yang malang tersebut: "Dandanilah anak ini, sebab aku akan membawanya menemui paman-pamannya." Sementara si bapak telah menyiapkan lubang di tengah padang pasir yang sepi. Lalu dibawalah anak perempuannya itu menuju lubang tersebut. Sesampainya di sana si bapak berkata kepadanya: "Lihatlah lubang itu!" lalu sekonyong-konyong ia dorong anak itu ke dalamnya dan menimbunnya dengan tanah secara sadis dan keji.

Di tengah-tengah masyarakat jahiliyah seperti itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam muncul dengan membawa agama yang agung ini, agama yang menghormati hak-hak perempuan, baik statusnya sebagai ibu, istri, anak, kakak ataupun bibi.

Putri-putri beliau begitu banyak mendapat curahan kasih sayang dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Fathimah radhiyallahu 'anha datang, beliau akan segera bangkit menyambutnya sambil memegang tangannya, lalu menempatkannya di tempat duduk beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pula bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang mengunjungi Fathimah radhiyallahu 'anhu, ia segera bangkit menyambut beliau shallallahu 'alaihi wasallam sambil menuntun tangan beliau dan menciumnya serta menempatkan beliau di tempat duduknya. (Sebagaimana tertera dalam HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasaai)

Meskipun beliau begitu sayang kepada putri-putrinya dan begitu memuliakan mereka, namun beliau rela menerima talaq (perceraian) kedua putri beliau Ruqaiyyah dan Ummu Kaltsum radhiyallahu 'anhuma dari suami mereka, yaitu 'Utbah dan 'Utaibah putra Abu Lahab setelah turun surat Al-Lahab ("Binasalah kedua tangan Abu Lahab"). Beliau tetap sabar serta mengharap pahala dari Allah Ta'ala. Beliau tidak berkenan menghentikan dakwah atau surut ke belakang. Pasalnya kaum Quraisy mengancam, bila beliau tidak menghentikan dakwah, maka kedua putri beliau akan dicerai. Namun beliau tetap teguh dan sabar serta tidak goyah dalam mendakwahkan agama Islam.

Di antara bentuk sambutan hangat beliau terhadap putri beliau adalah sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: "Pada suatu hari kami, para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, berada di sisi beliau. Lalu datanglah Fathimah radhiyallahu 'anha kepada beliau dengan berjalan kaki. Gaya berjalannya sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya, beliau memberikan ucapan selamat untuknya, beliau berkata:
"Selamat datang wahai putriku." Kemudian beliau tempatkan ia di sebelah kanan atau kiri beliau." (HR. Muslim)

Di antara bentuk kasih sayang dan cinta beliau kepada putri-putri beliau ialah dengan mengunjungi mereka dan menanyakan kabar dan problem yang mereka hadapi. Fathimah radhiyallahu 'anha pernah datang menemui beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengadukan tangannya yang lecet karena mengadon tepung, ia meminta seorang pelayan kepada beliau. Namun Fatihmah radhiyallahu 'anha tidak bertemu dengan beliau. Fathimah radhiyallahu 'anha melaporkan kedatangannya kepada 'Aisyah radhiyallah 'anha. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali, 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengabarkan perihal kedatangan Fathimah radhiyallahu 'anha. 'Ali radhiyallahu 'anhu menuturkannya kepada kita:

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam lalu datang menemui kami berdua saat kami sudah berbaring di atas dipan. Ketika beliau datang, kamipun segera bangkit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tetaplah di tempat kamu!" beliaupun mendekat lalu duduk di antara kami berdua hingga aku dapat merasa-kan sejuk kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau bersabda:

"Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik bagi kamu berdua daripada seorang pelayan?" Apabila kamu hendak tidur, bacalah takbir (Allahu Akbar) tiga puluh empat kali, tasbih (Subhaa-nallaah) tiga puluh tiga kali, dan tahmid (Alham-dulillahi) tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya bacaan tersebut lebih baik bagimu daripada seorang pelayan." (HR. Al-Bukhari)

Sungguh, pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terdapat teladan yang baik bagi kita, teladan dalam kesabaran dan ketabahan. Seluruh putra-putri beliau wafat sewaktu beliau masih hidup -kecuali Fathimah radhiyallah 'anha, namun meskipun demikian beliau tidak menampar-nampar wa-jah, merobek-robek pakaian dan tidak mengadakan kenduri kematian (sebagaimana yang dilakukan mayoritas manusia sebagai ungkapan kesedihan dan belasungkawa). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tetap sabar dan tabah dengan mengharap pahala dari Allah Ta'ala serta ridha atas takdir dan ketentuan Allah Ta'ala.

Telaga Sunnah: Karib Kerabat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Telaga Sunnah: Karib Kerabat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Karib Kerabat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Karib Kerabat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Nabiyyul ummah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat setia menjaga hubungan tali silaturrahim. Kesetiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Beliau adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang sangat sempurna dalam hal itu. Sampai-sampai kaum Quraisy memuji beliau dan menggelar beliau dengan sebutan Ash-Shadiq Al-Amiin (yang jujur lagi sangat di percaya) sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Istri beliau tercinta, Khadijah radhiyallahu 'anha melukiskan sifat beliau dengan ucapannya:
"Engkau adalah seorang yang suka menyambung tali silaturrahim dan selalu berkata jujur."

Lihatlah! beliau Shalallaahu alaihi wasalam menunaikan hak yang paling besar dan melaksanakan kewajiban yang paling utama, yaitu menziarahi makam ibu beliau yang wafat pada saat beliau berusia tujuh tahun. Abu Hurairah menuturkannya kepada kita:
Pada suatu ketika, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menziarahi makam ibunya. Beliau menangis dan ikut menangis juga para sahabat Radhiallaahu anhu yang ada di dekat beliau. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam lalu berkata:
"Aku telah meminta izin kepada Rabbku untuk memohonkan ampunan bagi ibuku, namun Dia tidak mengizinkannya. Lalu aku minta izin untuk menziarahi makamnya, Dia pun mengizinkannya. Berziarah kuburlah kamu, sebab ziarah kubur mengingatkan kamu kepada hari kematian." (HR. Muslim)

Perhatikanlah, betapa besar kecintaan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam kepada karib kerabatnya. Demikian pula perhatian beliau untuk mendakwahi, membimbing serta menyela-matkan mereka dari api Neraka. Beliau Shallallahu'alaihi wasallam begitu tabah dalam menghadapi segala macam kesulitan untuk hal itu.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ketika turun ayat "Dan berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syuara' 214). Beliau mengundang pemuka Quraisy. Setelah mereka berkumpul, mulailah beliau memberikan pengarahan secara umum dan khusus. Beliau berkata:
Wahai Bani Abdu Syams, wahai Bani Ka'ab bin Lu`ai, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka'ab, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Manaf, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Hasyim, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdul Muththalib, tebusah diri kalian dari api Neraka! Wahai Fathimah, tebuslah dirimu dari api Neraka! sedikitpun aku tidak berguna bagimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala , hanya saja kalian memiliki hubungan kekerabatan yang tetap aku pelihara baik." (HR. Muslim)

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah bosan dan jemu mendakwahi Abu Thalib, paman beliau. Berulang kali beliau menawarkan dakwah beliau kepadanya, hingga beliau menemuinya saat menjelang kematiannya, sebagaimana yang dikisahkan dalam riwayat di bawah ini:
Ketika Abu Thalib tengah menghadapi kematian, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang menemuinya, sementara Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umaiyyah ada di dekatnya. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya: "Wahai pamanku, ucapkanlah "Laa Ilaaha Illallaah!" sebuah kalimat yang akan aku jadikan hujjah untuk membelamu di hadapan Allah!" Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah mempengaruhinya dengan ucapan: "Wahai Abu Thalib, apakah engkau tega membenci agama Abdul Muththalib?" mereka berdua terus mempengaruhinya sehingga kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah: "Aku wafat di atas agama Abdul Muththalib!"

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pun berkata: "Aku akan terus memohonkan ampun bagimu selama hal itu belum dilarang atasku!"

Hingga akhirnya turunlah ayat:
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahannam." (At-Taubah: 113)

Lalu turun juga ayat:
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya." (Al-Qashash: 56)
(Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka).

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah berulang kali mendakwahi Abu Thalib semasa hidupnya. Hingga pada saat-saat terakhir menjelang wafatnya. Kemudian beliau iringi dengan permohonan ampunan baginya sebagai bentuk kebaikan dan kasih sayang beliau terhadapnya, hingga turun ayat yang melarang hal itu. Beliau patuhi dan taati perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala , setelah itu beliau tidak lagi memanjatkan doa bagi orang-orang musyrik meskipun dari kalangan kerabat beliau. Itulah bentuk kasih sayang yang amat agung terhadap umat. Di lain pihak, itu juga merupakan sikap loyalitas yang tinggi terhadap Dienul Islam serta bara' (berlepas diri) dari orang-orang kafir dan musyrik meskipun berasal dari kalangan keluarga dan kaum kerabat. Alangkah indah lantunan syair berikut ini:

Beliau adalah seorang nabi yang diutus kepada kami.
Setelah kami tenggelam dalam keputus-asaan dan kekosongan para rasul.
Sementara berhala-berhala disembah di muka bumi.
Beliau datang sebagai pelita yang menerangi.
Sebagai pembimbing yang bersinar secerah kilatan pedang India.
Beliau memperingatkan kami dari siksa api Neraka.
Membawa kabar gembira berupa kenikmatan Surga.
Beliau bimbing kami kepada Islam.
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.

Sumber:"Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam"

Sabtu, 25 September 2010

Kediaman Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Kediaman Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Izin telah diberikan, tibalah kita di dalam rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Cobalah layangkan pandangan sejenak ke sudut-sudut rumah, para sahabat radhiyallaahu anhum akan menggambarkan kepada kita situasi di dalamnya berupa peralatan dan perabotan dll.

Kita maklumi bersama bahwa tidaklah diperkenankan melayangkan pandangan ke dalam kamar atau rumah orang lain. Namun tujuan kita di sini adalah untuk mengambil contoh dan teladan dari rumah yang mulia tersebut. Rumah dengan ketawadhu'an sebagai asasnya dan keimanan sebagai modalnya. Dapat engkau lihat, dindingnya bersih dari gambar-gambar makhluk bernyawa yang banyak dipajang orang di rumah-rumah kebanyakan orang pada hari ini. Padahal Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda:
"Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat padanya anjing atau gambar." (HR. Al-Bukhari)

Kemudian arahkan pandanganmu kepada perabotan rumah yang biasa dipakai beliau Shalallaahu alaihi wasalam sehari-hari. Diriwayatkan dari Tsabit ia berkata: Anas radhiyallaahu anhu memperlihatkan kepada kami sebuah gelas terbuat dari kayu yang tebal dan disepuh dengan besi. Ia berkata: "Wahai Tsabit, inilah gelas Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ." (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa meminum air, nabidz, madu dan susu dengan gelas itu.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum." (HR. Muttafaq 'alaih)

Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)

Adapun baju perang yang biasa beliau kenakan saat berjihad di medan peperangan, pada hari-hari yang keras dan penuh kesulitan, sudah tidak ditemukan lagi di rumah beliau. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah menggadaikannya kepada seorang Yahudi dengan tiga puluh sha' gandum, sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah radhiyalaahu anha. Ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam wafat, baju perang itu masih ada di tangan orang Yahudi tersebut.

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak pernah membuat kaget keluarga atau membuat mereka takut. Namun beliau menemui keluarga dengan sepengetahuan mereka dan dengan memberi salam terlebih dahulu. (Lihat Zaadul Ma'aad II/ hal 381)

Perhatikanlah dengan saksama hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berikut ini:
"Alangkah beruntungnya orang yang mendapat hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qana'ah." (HR. At-Tirmidzi)

Simaklah baik-baik hadits yang agung berikut ini:
"Barangsiapa yang aman sentosa di tengah-tengah kaumnya, sehat jasmaninya, lagi memiliki makanan pokoknya sehari-hari, maka seakan-akan ia telah meraih dunia dengan segala isinya." (HR. At-Tirmidzi)

Tutur Kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Tutur Kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Telah kita ketahui bersama beberapa sifat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Sekarang kita ingin mengetahui tutur kata dan cara berbicara beliau. Sebelumnya, marilah kita simak penuturan 'Aisyah radhiyallahu anha:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau Shalallaahu alaihi wasalam berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya." (HR. Abu Daud)

Beliau adalah seorang yang rendah hati lagi lemah lembut, sangat senang jika perkataannya dapat dipahami. Di antara bentuk kepedulian beliau terhadap umat ialah dengan memperhatikan tingkatan-tingkatan intelek-tualitas dan pemahaman mereka di dalam berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang sangat penyantun lagi sabar. Diriwayatkan dari 'Aiysah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
"Tutur kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya." (HR. Abu Daud)

Cobalah perhatikan kelemah lembutan dan keluasan hati Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , beliau sudi mengulangi perkataan agar dapat dipahami!

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengungkapkan kepada kita:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami." (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam selalu berlaku lemah lembut kepada orang lain. Dengan sikap seperti itulah orang-orang menjadi takut, segan serta hormat kepada beliau!

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu ia berkata:
Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya:
"Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng." (HR. Ibnu Majah)

Sifat-sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Sifat-sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Tibalah kita di depan rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kita ketuk pintu beliau untuk meminta izin. Marilah kita layangkan perhatian kepada sahabat yang melihat langsung Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia akan menceritakannya kepada kita seolah-olah kita melihat beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Agar kita dapat mengenal ciri fisik beliau yang mulia serta wajah beliau yang penuh senyum.

Al-Bara' bin 'Azib radhiyallah 'anhu menuturkan:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula terlalu pendek." (HR. Al-Bukhari)

Masih dari Al Bara' radhiyallah 'anhu ia berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau Shalallaahu alaihi wasalam memiliki rambut yang terurai sampai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu." (HR. Al-Bukhari)

Abu Ishaq As-Sabi'i berkata:
"Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara' bin 'Azib radhiyallah 'anhu: "Apakah wajah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lancip seperti sebilah pedang?" ia menjawab: "Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!" (HR. Al-Bukhari)

Anas bin Malik radhiyallah 'anhu mengungkapkan:
"Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Dan belum pernah aku mencium wewa-ngian yang lebih harum daripada aroma Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam " (Muttafaq 'alaih)

Di antara sifat beliau adalah "pemalu", sampai-sampai Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallah 'anhu mengatakan:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya." (HR. Al-Bukhari)

Demikianlah beberapa sifat dan budi pekerti Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Sungguh, ayah dan ibuku sebagai tebusannya! Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyempurnakan jasmani dan budi pekerti beliau Shalallaahu alaihi wasalam .

Mengunjungi Rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam

Kunjungan Istimewa

Marilah kita telusuri kembali kurun yang telah berlalu. Membuka lembaran-lembaran masa silam. Membaca dan memperhatikan dengan seksama kisah-kisahnya. Kita akan mengadakan kunjungan istimewa, mengunjungi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di rumah beliau melalui untaian kata dan kalimat. Singgah di rumah beliau barang sehari saja. Melihat-lihat keadaan rumah beliau serta beberapa kisah tentangnya. Guna mengambil pelajaran dan ibrah yang akan menjadi pelita dalam amal perbuatan kita.

Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan akhir-akhir ini, literatur-literatur yang dibaca kaum muslimin pun semakin banyak. Mereka dengan mudah dapat mengunjungi Timur dan Barat melalui buku-buku dan tulisan-tulisan, melalui film-film dan berbagai referensi lainnya. Padahal, sebenarnya kita lebih berhak mengada-kan kunjungan syar’i ke rumah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam daripada mereka. Untuk melihat keadaannya, kemudian bersungguh-sungguh meneladani apa yang kita lihat dan dengar tentangnya. Namun disebabkan terbatasnya kesempatan, kita hanya menyorot beberapa keutamaan di rumah beliau Shalallaahu alaihi wasalam, mudah-mudahan kita dapat mendidik diri kita untuk dapat menerapkannya di rumah masing-masing.

Wahai saudaraku seiman ….
Tujuan kita membuka lembaran masa silam bukanlah hanya untuk menikmati atau melihat-lihat kisah-kisah yang sudah berlalu. Namun tujuan kita yang hakiki adalah menjadikannya sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Dengan membaca sirah (sejarah hidup) Nabi Shalallaahu alaihi wasalam diharapkan kita dapat mengikuti sunnah beliau dan berjalan di atas manhaj (pedoman) beliau. Sebagai bentuk ketaatan kita kepada perintah Allah Subhanahu wata’ala; yaitu kewajiban mencintai Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Di antara tanda-tanda kecintaan kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ialah mentaati perintah beliau dan menjauhi segala yang dilarang dan dibencinya. Serta menjadikan beliau Shallallahu'alaihi wasallam ; sebagai teladan dan anutan. Mengenai hal itu Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Dalam ayat lain Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)


Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sendiri menegaskan bahwa mencintai beliau termasuk salah satu sebab mendapatkan manisnya iman. Beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Ada tiga perkara, bila terkumpul pada diri seseorang, ia pasti mendapatkan manisnya iman; hendaklah Allah Subhanahu wata’ala ; dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam hadits lain beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidak akan sempurna keimanan seseorang hingga ia menjadi-kan aku yang lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya sendiri.” (HR. Muslim)

Sirah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah sirah yang sangat menakjubkan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dan petunjuk yang dapat kita teladani darinya.

Bershalawat Kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Wallam

Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

Allah subhaanhu wa ta’aala berfirman:
 إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanhu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanhu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”
Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.

Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”

Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

1. Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
((إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ))
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]
Dalam salah satu hadits disebutkan:
((الدُّعَاءُ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ الدَّاعِي عَلَى النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم ))
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.” [H.R. Thabarani]
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.
2. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((رَغَمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]

3. Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إنَّ أفْضَلَ أيَّامِكُمْ يَوُمُ الجُمْعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ ...))
“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku......” [R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim]

4. Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.

5. Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
((بِسْمِ اللهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاغْفِرْ لَنَا وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ رَحْمَتِكَ))
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
((وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ فَضْلِكَ))
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]

Cara Sholawat dan Salam Untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam
Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam berfirman:
 إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah sollallohu ‘alaihi wa sallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau sollallohu ‘alaihi wa sallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah:
((اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))
“Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]
Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
((اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))
“Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.

Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إذَا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا لِي الوَسِيلَةَ فَإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأرْجُو أنْ أكُونَ هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الوَسِيلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ))
“Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka ia berhak mendapatkan syafa’at.” [H.R. Muslim]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي))
“Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [H.R. Thabarani]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))
“Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]
Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]
Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.” [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِينَ يُبَلِّغُونَنِي مِنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ))
“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.” [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]
Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca:
((اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ ، آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ))
“Ya Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”
Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat.” [H.R. Bukhari dalam shohihnya]

Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.

Dari Abu Huraerah -Radhiyallahu ‘Anhu-¬ berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut di sisinya ia tidak bersholawat untukku, celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian keluar sebelum ia diampuni, celakalah seseorang, kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” Abdurrahman salah seorang perawi hadits dan Abdurrahman bin Ishak berkata: “Saya kira ia berkata: “Atau salah seorang di antara keduanya” [H.R. Tirmidzi dan Bazzar]
Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((البَخِيلُ كُلَّ البُخْلِ الَّذِي ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))
“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
Dari Ibnu Abbas, Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((مَنْ نَسِيَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ خُطِئَ طَرِيقَ الجَنَّةَ))
“Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi jalan surga.” [Telah ditashih oleh Al-Albani]
Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: “Suatu kaum yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir kepada Allah dan bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki maka mereka akan diampuni.” [H.R. Tirmidzi dan mentahsinnya serta Abu Daud]
Diriwayatkan oleh Abu Isa Tirmidzi dari sebagian ulama berkata: “Jika seseorang bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam sekali dalam suatu majelis, maka itu sudah memadai dalam majelis tersebut.”

Faedah dan Buah Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:

Ibnul Qoyyim menyebutkan 39 manfaat sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan perintah Allah subhaanahu wa ta’aala
2. Mendapatkan sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca sholawat satu kali.
3. Ditulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejahatan.
4. Diangkat baginya sepuluh derajat.
5. Kemungkinan doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan sholawat, dan doanya akan naik menuju kepada Tuhan semesta alam.
6. Penyebab mendapatkan syafa’at sollallohu ‘alaihi wa sallam bila diiringi oleh permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi olehnya.
7. Penyebab mendapatkan pengampunan dosa.
8. Dicukupi oleh Allah apa yang diinginkannya.
9. Mendekatkan hamba dengan nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat.
10. Menyebabkan Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang yang bersholawat.
11. Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab sholawat dan salam orang yang bersholawat untuknya.
12. Mengharumkan majelis dan agar ia tidak kembali kepada keluarganya dalam keadaan menyesal pada hari kiamat.
13. Menghilangkan kefakiran.
14. Menghapus predikat “kikir” dari seorang hamba jika ia bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika namanya disebut.
15. Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama dengan yang ia mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh rasul-Nya.
16. Akan mendapatkan berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya dan kemaslahatannya, karena orang yang bersholawat itu memohon kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan keluarganya, dan doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya.
17. Nama orang yang bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di sisi Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam seperti penjelasan terdahulu, sabda Rasul: “Sesungguhnya sholawat kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan kehormatan bila namanya disebut dengan kebaikan di sisi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam.
18. Meneguhkan kedua kaki di atas Shirath dan melewatinya berdasarkan hadits Abdurrahman bin Samirah yang diriwayatkan oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam: “Saya melihat seorang di antara umatku merangkak di atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.” [H.R. Abu Musa Al-Madiniy]
19. Akan senantiasa mendapatkan cinta Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bahkan bertambah dan berlipat ganda. Dan itu termasuk ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali dengannya, karena seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya, menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang melahirkan cinta, maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa rindu kepadanya akan semakin bertambah, bahkan akan menguasai seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak mengingat dan menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali melihat orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya kecuali dengan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya cinta itu tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan keadaan lahir menunjukkan hal itu.
20. Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang hidup. Semakin banyak ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun semakin bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam hatinya penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi keraguan terhadap apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut telah tertulis di dalam hatinya, menerima petunjuk, kemenangan dan berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama yang mengetahui dan mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap pengetahuan mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang diinginkan untuknya dari Allah.


Sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya

Beda Sedikit Dengan Nabi

Bila kita mencermati diri kita dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka kita akan mendapatkan diri kita hanya berbeda sedikit:

Rasul sedikit makan, kita sedikit-sedikit makan
Rasul sedikit tidur, kita sedikit-sedikit tidur
Rasul sedikit marah, kita sedikit-sedikit marah
Rasul sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekah
Rasul sedikit ketawa (itupun hanya dengan senyum), kita sedikit-sedikit ketawa
Rasul sedikit-sedikit menangis, kita sedikit menangis
Rasul sedikit-sedikit beramal, kita sedikit beramal
Dst……

AS-SUNNAH

AS-SUNNAH


I. TAQDIEM
Merupakan nikmat Allah  yang terbesar atas umat ini adalah disempurnakannya Ad Dien ini dan terpeliharanya Al Qur’an Al Karim -yang merupakan pedoman hidup kita- dari campur tangan manusia yang mau menodai kesuciannya dan mengubah isinya. Dan hal ini tidaklah terdapat pada agama-agama dan ummat-ummat sebelum kita.
Pemeliharaan Allah  terhadap Ad Dien dan Al Qur’an adalah disebabkan posisi dan kedudukan Dienul Islam yang merupakan dien penutup, yang tidak ada lagi dien yang datang sesudahnya. Sebagaimana Allah menjaga kemurnian Al Qur’an dari segala macam bentuk penyelewengan dan campur tangan manusia, maka Allah juga menjaga As Sunnah yang merupakan salah satu dari sumber syari’at Islam. Adapun bentuk penjagaan Allah  terhadap As Sunnah adalah dengan menghidupkan serta membimbing para ulama hadits untuk tampil berkhidmat kepada As Sunnah. Maka dengan khidmat yang mereka lakukan lewat pemisahan hadits-hadits yang dho’if dan maudhu’ dari hadits-hadits yang shohih sehingga kita dapat beribadah dengan penuh keyakinan dan bashiroh.
Saat ini kita berada di masa yang penuh kegoncangan dengan berbagai macam sistem yang ada, yang mana sistem-sistem tersebut tidak mampu melahirkan keselamatan serta menjamin ketenangan untuk penduduk dunia. Kesemuanya itu disebabkan tidak dipraktekkannya sumber-sumber syari’at Islam. Karenanya kita sebagai kaum muslimin hendaknya berkeyakinan teguh bahwa solusi (makhroj) dari seluruh problematika yang kita hadapi adalah kembali (ruju’) kepada ajaran Islam yang murni yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah dijalankan dengan baik oleh para As-Salaf Ash-Sholih - –رحمهم الله
Dan sumber-sumber (mashodir) syari’at Islam tidaklah asing bagi kaum muslimin dan tidak diragukan lagi bahwa As-Sunnah merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping Al-Qur’an dan dia mempunyai cabang-cabang yang sangat luas, hal ini disebabkan karena Al-Qur’an kebanyakan hanya mencantumkan kaidah-kaidah yang bersifat umum serta hukum-hukum yang sifatnya global yang mana penjelasannya didapatkan dalam As-Sunnah An-Nabawiyah.
Oleh karena itu As-Sunnah mesti dijadikan landasan dan rujukan serta diberikan inayah yang sepantasnya untuk digali hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dan pembahasan tentang sunnah Nabi  merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan fikroh Islamiyah serta upaya untuk mengenal salah satu mashdar syari’at Islam, apalagi As-Sunnah sejak dulu selalu menjadi sasaran dari serangan-serangan firqoh yang menyimpang dari manhaj yang haq, yang bertujuan untuk memalingkan ummat Islam dari manhaj Nabawi dan menjadikan mereka ragu terhadap As-Sunnah. Sebagaimana yang kita saksikan pada abad ini dimana para orientalis melemparkan berbagai syubhat untuk menimbulkan fitnah bagi kaum muslimin. Dan sungguh sangat disayangkan sekali karena sebagian kaum muslimin termasuk para da’inya tertipu dengan pemikiran-pemikiran kaum orientalis yang dengan bahasa yang diperindah mencoba membuat keragu-raguan terhadap terhadap kedudukan dan fungsi As-Sunnah dalam syari’at Islam. Sehingga lahirlah dari tubuh kaum muslimin sendiri termasuk para da’inya dan dari sebagian person yang dikategorikan ulama yang mengingkari kedudukan (manzilah) dan fungsi As-Sunnah tersebut secara keseluruhan maupun sebagiannya.
Mudah-mudahan tulisan yang ringkas dan sederhana ini dapat menjelaskan kepada kita tentang manzilah dan fungsi As-Sunnah serta kewajiban berpegang teguh kepadanya sekaligus menjawab syubhat-syubhat yang dilontarkan para pengingkarnya. Wallahul Musta’an
II. TA’RIEF (DEFINISI) AS-SUNNAH
1. Menurut bahasa ( Lughoh ) سَنَّ – يَسنّ – سنّا،سنّة
Ditinjau dari etimologinya As Sunnah berarti siroh atau thoriqoh (jalan) yang baik maupun yang buruk (QS.4:26)
Makna menurut bahasa ini ditunjukkan dalam sebuah hadits
( من سنّ في الإسلام سنّة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء و من سنّ في الإسلام سنّة سيّئة كان عليه وزرها و وزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء) رواه مسلم في صححه عن جرير بن عبد الله 
“ Barangsiapa yang melakukan di dalam Islam jalan/contoh (sunnah) yang baik maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala dari orang-orang tersebut sedikit pun. Dan barangsiapa melakukan di dalam Islam jalan/contoh (sunnah) yang tidak baik maka atasnya dosa dan dosa orang-orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikit pun ” (HR. MUSLIM di Shohihnya : di Kitab Zakat (2348) dan Ilmu (6741) dari Shahabat Jarir bin Abdullah)
2. Menurut istilah
Ulama kita berikhtilaf dalam meletakkan definisi As Sunnah sesuai dengan bidang dan disiplin ilmu mereka.
 Menurut Ulama Hadits ( Muhaddits ) : “ Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi  berupa perkataan,perbuatan, persetujuan, sifat jasmani dan akhlaq beliau baik itu sebelum diutus maupun sesudahnya“. Definisi sunnah ini bersinonim dengan hadits dan sebagian ulama mengkhususkan makna hadits kepada perkataan Nabi .
 Menurut Ulama Ushul Fiqh : “ Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi  selain dari Al Qur’an, baik itu perkataan, perbuatan, dan taqrir yang pantas dijadikan dalil untuk menetapkan hukum syar’i “
 Menurut Ulama Fiqh : “ Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi  dan hukumnya tidak fardhu/wajib “
 Menurut Ulama Aqidah : “ As Sunnah adalah segala sesuatu yang sesuai dengan Kitab dan Hadits serta Ijma’ Salafil Ummah baik itu masalah aqidah maupun ibadah yang merupakan lawan dari bid’ah “
Dari keempat definisi yang telah disebutkan oleh Ulama tersebut nampak bagi kita bahwa definisi yang disebutkan oleh Ulama hadits adalah definisi yang terlengkap dan cakupannya paling luas dan definisi inilah yang kita maksudkan dalam pembahasan ini. Namun demikian, jika kita perhatikan ketiga definisi tersebut maka akan didapati bahwa setiap definisi mempunyai maksud tertentu yang sesuai dengan bidang dan disiplin ilmu para ulama kita.

Makna-makna lain dari As-Sunnah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta yang disebutkan oleh ulama Salaf kita adalah :
1. Peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang berulang yang telah terjadi pada ummat-ummat terdahulu (Q.S. 3:137).
2. Keputusan dan ketentuan Allah yang tetap dan pasti terjadi ( Q.S. 33:62) (Q.S.48:23) (Q.S.17:77)
3. Apa-apa yang dipegangi oleh para As-Salaf Ash-Sholih
4. Masalah-masalah pokok dari Ad-Dien ini.
Adapun hadits menurut :
1. Bahasa adalah sesuatu yang baru atau sesuatu yang dibicarakan.
2. Istilah adalah kebanyakan ulama kita menganggapnya bersinonim dengan As Sunnah, namun ada juga yang membedakannya dan menjadikan pengertian hadits adalah khusus sabda Nabi  dan ada juga yang mendefinisikannya sebagai setiap kejadian yang dinisbatkan kepada Nabi  walaupun beliau mengerjakannya hanya sekali di kehidupannya yang mulia.

III. KEDUDUKAN DAN FUNGSI AS-SUNNAH DALAM SYARI’AT ISLAM
Telah sepakat ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwa As-Sunnah merupakan hujjah dan salah satu sumber syari’at Islam
Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa As-Sunnah merupakan hujjah :
Dalil Pertama : AL QUR’AN
Sangat banyak ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menunjukkan bahwa As-Sunnah merupakan hujjah. Dan ayat-ayat ini mempunyai banyak jenis, dan terkadang ayat yang satu mengandung lebih dari satu jenis atau macam. Berikut ini kami sebutkan 5 jenis ayat-ayat Al Qur’an tersebut :
a. Yang menunjukkan wajibnya beriman kepada Nabi Muhammad  ( Q.S.4:136 / 64:8 / 7:158 / 48:8,9,13 / 49:15 / 24:47-54,62 )
b. Yang menunjukkan bahwa Rosulullah  menjelaskan isi kandungan Al Qur’an ( Q.S. 16:44,64 / 2:151 / 3:164 / 62:2 / 4:113 )
c. Yang menunjukkan wajibnya taat kepada Rosulullah  secara mutlak dan ketaatan kepadanya merupakan perwujudan ketaatan kepada Allah serta ancaman bagi yang menyelisihi dan mengubah sunnahnya (Q.S. 3:32,132 / 8:13,20-21,24,46 / 5:92 / 47:32,33 / 64:12 / 4:13-14,59,64,69,79,80,115 / 33:64-66,70-71 /59:7 / 48:10 / 24:63 )
d. Yang menunjukkan wajibnya mengikuti serta beruswah kepada beliau  dan mengikuti sunnahnya merupakan keharusan untuk meraih mahabbatullah. ( Q.S. 3:31 / 33:21 / 7:156-157 )
e. Yang menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kepada beliau  untuk mengikuti firman Allah dan menyampaikan seluruh wahyu dan bahwa beliau telah melaksanakan perintah tersebut dengan baik .( Q.S. 33:1-2 / 6:106 / 45:18 / 5:3,48-49 / 4:67 / 42:52-53 / 69:38-47 / 12:108 / 23:73 / 36:1-5 / 27:79 / 68:1-4 / 2:143 ).
Dalil Kedua : AL HADITS
Sebagaimana Al Qur’an, dalam Al Hadits juga sangat banyak memuat dalil-dalil yang menunjukkan bahwa As Sunnah merupakan hujjah. Dalil-dalil tersebut bisa diklasifikasikan menjadi 3 jenis :

1. Khabar yang beliau  sampaikan bahwa beliau diberikan wahyu dan apa yang beliau sampaikan merupakan syari’at Allah, karenanya mengamalkan As Sunnah berarti mengamalkan Al Qur’an. Dan Iman tidak akan sempurna kecuali setelah mengikuti sunnahnya dan tidak ada yang bersumber dari beliau kecuali baik dan haq.


- عن المقدام بن معد يكرب عن رسول الله  أنه قال :( ألا إنى أوتيت الكتاب ومثله معه ، ألا يوشك رجل شبعان على أريكته يقول : عليكم بـهذا القرآن فما وجدتم فيه من حلال فأحلوه وما وجدتم فيه من حرام فحرموه، ألا لايحل لكم الحمار لاهلي ولا كل ذى ناب من السبع …) رواه أيو داود والترمذى والحاكم
- Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib  dari Rosulullah  bersabda : “ Ketahuilah sesungguhnya telah diberikan kepada Al Kitab (Al Qur’an) dan yang semisal dengannya (As Sunnah), ketahuilah ada seorang laki-laki yang kekenyangan di atas sofanya dan berkata :”Hendaknya kalian berpegang teguh pada Al Qur’an ini, apa yang kalian dapati di dalamnya tentang kehalalannya maka halalkan, dan apa yang kalian dapati tentang keharamannya maka haramkan”, ketahuilah bahwa tidak dihalalkan bagi kalian keledai negeri dan setiap binatang yang bertaring “ (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim)
- عن أبى هريرة  أن رسول الله  قال:( من أطاعنى فقد أطاع الله ومن عصانى فقد عصى الله …) رواه البخارى ومسلم
Dari Abu Hurairah  bahwasanya Rosulullah  bersabda :” Barangsiapa yang taat kepadaku sungguh ia telah taat kepada Allah dan siapa yang bermaksiat kepadaku sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah…” { Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya (7137) dan Imam Muslim dalam Shohihnya Kitab Al Imaroh (14:427) }
- وعن أبى هريرة  قال : قال رسول الله  :(كل أمتى يدخلون الجنة إلا من أبى) قالوا : يا رسول الله ومن يأبى ؟ من أطاعنى دخل الجنة ومن عصانى فقد أبى ) رواه البخارى والحاكم
Dari Abu Hurairah  berkata: Rosulullah  bersabda:” Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. Siapa mereka itu yang enggan wahai Rosulullah ? Beliau bersabda : Barangsiapa yang menaatiku maka dia akan masuk surga dan siapa yang mendurhakaiku maka dialah yang enggan masuk surga “ (H.R.Bukhori dan Hakim)


- عن عبد الله بن عمرو أنه قال : كنت أكتب كل شيء أ سمعه من رسول الله  أريد حفظه، فنهتنى قريش فقالوا: إنك تكتب كل شيء تسمعه من رسول الله  و رسول الله  بشر يتكلم في الغضب والرضا،فأمسكت عن الكتاب فذكرت ذلك لرسول الله  فقال :(اكتب فوالذى نفسى بيده ما خرج منه ( وأشار بيده إلى فمه ) إلا حق )رواه أبوداود والحاكم وأحمد والدارمى
Dari Abdulah bin Amr  bahwasanya dia berkata: Dulu saya menulis seluruh apa yang saya dengar dari Rosulullah  yang ingin saya hafal, namun kaum Quraisy melarangku, mereka berkata: Sesungguhnya engkau menulis segala sesuatu yang kamu dengar dari Rosulullah  padahal Rosulullah  adalah seorang manusia biasa yang berbicara saat marah dan senang. Maka saya menghentikan penulisan tersebut lalu saya menyebutkan hal tersebut kepada Rosulullah  lalu beliau bersabda:”Tulislah ! Demi zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya tidak ada yang keluar darinya (dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke mulut beliau) kecuali haq “ (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Hakim, Ahmad, dan Darimy serta dishohihkan oleh Al Albani)

2. Perintah beliau untuk memegang teguh sunnahnya dan larangan beliau dari hanya mengambil dan mengamalkan Al Qur’an tanpa As Sunnah dan mengikuti hawa nafsu serta hanya menggunakan logika belaka.
- عن العرباض بن سارية  أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا ، فإنه من يعش منكم بعدى فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء المهديين الراشدين تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم و محدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة (رواه أبوداود والترمذى وابن ماجة وأحمد والدارمى وابن حبان والحاكم )
- Dari ‘Irbadh bin Sariyah  bahwasanya Rosulullah  bersabda :” Saya berwasiat kepada kalian untuk bertaqa kepada Allah, dan untuk mendengar serta taat (kepada pemimpin), walaupun (yang memerintah kalian) seorang hamba Ethiopia, karena sesungguhnya siapa yang hidup diantara kalian sesudahku maka dia akan melihat ikhtilaf (perselisihan) yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegangilah dan gigitlah dengan gigi geraham kalian, dan jauhilah seluruh perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya segala yang baru itu bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat “ ( H.R. Abu Dawud [4607], Tirmidzi [2676], Ibnu majah [43], Ahmad [13/279], Ad Darimi, Ibnu Hibban [1/104], dan Hakim [1/96,97] )
- عن أبى رافع عن النبي  قال : لا ألفين أحدكم متكئا على أريكته يأتيه الأمر من أمرى بما أمرت به أو نهيت عنه : فيقول :لا ندرى ، ما وجدنا فى كتاب الله اتبعناه ( رواه أبو داود ةالترمذى و ابن ماجة )
- Dari Abu Rafi’  dari Nabi  bersabda:” Saya tidak ingin mendapatkan salah seorang diantara kalian yang bersandar di atas sofanya, datang kepadanya perintahku atau laranganku lalu dia berkata :”Kami tidak tahu, apa yang kami dapat di dalam Al Qur’an itulah yang kami ikuti “(H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
- عن أبى هريرة  عن النبي  قال : دعونى ما تركتكم ، فإنما أهلك من كان قبلكم سؤالهم واختلافهم على أنبيائهم ، فإذا نهيتكم عنه شيء فاجتنبوه ، وإذا أمرتكم بشيء فأتوا منه ما استطعتم ( رواه البخارى و مسلم )
- Dari Abu Hurairah  dari Nabi  bersabda:” Tinggalkanlah apa yang aku tinggalkan, karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah pertanyaan mereka dan kedurhakaan mereka terhadap nabi-nabi mereka, maka jika aku melarang sesuatu maka tinggalkanlah dan jika aku memerintah kalian sesuatu maka datangilah sekemampuan kalian “ ( H.R. Bukhori [7288], Muslim [1337] )

3. Perintah beliau  untuk mendengarkan haditsnya, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada yang belum mendengarnya dan beliau menjanjikan bagi yang menyampaikannya dengan pahala yang sangat besar.
- عن عبد الله بن مسعود  قال: سمعت النبى  يقول: ( نضر الله امرءا سمع منا شيئا فبلغه كما سمع فرب مبلغ أوعى من سامع ) رواه الترمذى وابن ماجة و أحمد
Dari Abdullah bin Mas’ud  berkata:” Saya telah mendengar Nabi  bersabda:” Semoga Allah menjadikan berseri-seri wajah seseorang yang mendengarkan sesuatu dari kami kemudian dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengarkan. Boleh jadi yang disampaikan lebih memahami dari yang mendengar (langsung) “ ( Hadits Shohih, diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad )
- وعن عبدالله بن عمرو بن العاص  أن النبى  قال: (بلغوا عنى ولو آية…)
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash  bahwasanya Nabi  bersabda:” Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat…” (H.R.Bukhori)
- عن أبى بكرة  عن النبى  قال: (…ألا ليبلغ الشاهد الغائب فلعل بعض من يبلغ أن يكون أوعى
له من بعض من سمع…) رواه البخارى و مسلم
Dari Abu Bakrah  dari Nabi  bersabda:”… Perhatikan, hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, sebab boleh jadi sebagian orang yang disampaikan lebih paham dari orang yang (langsung) mendengar “ (H.R. Bukhori (5550) dan Muslim).
Dalil Ketiga : I J M A’
Jika kita menelusuri atsar-atsar ulama Salaf dan khabar-khabar ulama Khalaf sejak masa Khulafaur Rosyidin hingga masa kini tidak kita dapati seorang imam mujtahid pun yang mempunyai sebesar dzarrah keimanan pada hatinya yang mengingkari untuk berpegang teguh pada As Sunnah dan berhujjah dengannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata:” Dan hendaknya diketahui bahwa tidak seorang pun diantara para imam yang diikuti oleh umat ini sengaja menyelisihi Rosulullah  dari sunnah yang kecil dan besar. Karena sesungguhnya, mereka telah sepakat dengan penuh keyakinan akan kewajiban mengikuti Rosulullah  dan bahwa setiap orang diterima dan ditolak perkataannya kecuali Rosulullah  “
Dalil Keempat : Bahwa kita tidak mungkin beribadah dengan benar jika hanya berpegang dengan Al Qur’an.
Tidak mungkin bagi akal manusia biasa yang tidak diturunkan kepadanya wahyu dan Allah tidak menguatkan dengannya dapat mampu memahami secara rinci syari’at ini beserta hukum-hukumnya jika hanya berpegang dengan Al Qur’an. Karena Al Qur’an mengandung beberapa dalil-dalil yang global (mujmal) yang membutuhkan penjelasan. Berikut ini kami sebutkan beberapa contoh urgensi As Sunnnah untuk memahami makna Al Qur’an :
1. Q.S. 5:35 => ayat ini menyebutkan pencuri secara mutlak demikian pula tangan yang harus dipotong. Namun dalam hadits disebutkan bahwa pencuri yang dipotong tangannya adalah yang mencuri sebesar 1/4 dinar dan lebih. Adapun batasan tangan yang dipotong adalah hingga persendian (pergelangan tangan).
2. Q.S. 7:32 => Dzohir ayat ini adalah seluruh perhiasan halal, namun dalam hadits disebutkan bahwa emas dan sutra haram digunakan bagi laki-laki.
3. Q.S. 4:101 => Dzohir ayat ini menunjukkan bahwa mengqoshor sholat saat perjalanan itu hanya dilaksanakan jika kita takut dari gangguan orang kafir. Namun dalam sunnah Nabi  menjelaskan bahwa qoshor dalam safar adalah sedeqah dari Allah yang sepantasnya diterima.
4. Q.S. 6:82 => Ayat ini menyebutkan zholim secara umum walaupun yang kecil, karenanya sebagian shahabat merasa berat dengan ayat ini, lalu datang Nabi  menjelaskan bahwa makna zholim di ayat ini adalah syirik.
5. Q.S. 5:3 => Ayat ini menyebutkan haramnya darah dan bangkai tanpa adanya perkecualian. Namun As Sunnah menjelaskan bahwa ada bangkai yang halal yaitu bangkai belalang dan ikan serta adanya darah yang halal yaitu hati dan limpa.
Itulah beberapa contoh dari sekian banyak contoh-contoh yang menunjukkan urgensi As Sunnah dalam memahami Al Qur’an, karenanya sangat benar perkataan sebagian Ulama Salaf :
“ القرآن أحوج إلى السنة من السنة إلى الكتاب “
Al Qur’an lebih membutuhkan As Sunnah daripada As Sunnah kepada Al Kitab.
IV. HUBUNGAN ANTARA AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
As Sunnah bersama Al Qur’an berada dalam martabat yang satu jika ditinjau dari segi keberadaannya sebagai hujjah dalam syari’at ini. Karenanya ketika kita mendapati beberapa nash yang kelihatannya bertentangan diantara keduanya (Al Qur’an dan As Sunnah) tidak boleh kita langsung meninggalkan As Sunnah dengan alasan bertentangan dengan dalil yang lebih tinggi martabatnya, bahkan keduanya harus digabungkan kemudian dicari jalan keluarnya.
Ditinjau dari segi hukum maka hubungan Al Qur’an dengan As Sunnah adalah :
1. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah tercantum di dalam Al-Qur’an. Contoh : Hukum jilbab dan menundukkan pandangan.
2. Terkadang As-Sunnah menafsirkan dan merinci hal-hal yang masih bersifat global dalam Al-Qur’an. Contoh : Di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan sholat dan haji, lalu datang As-Sunnah menjelaskan secara rinci kaifiyat (tata cara) pelaksanaan kedua ibadah tersebut.
3. Terkadang As-Sunnah menetapkan hukum yang tidak disebutkan di dalam Al Qur’an. Contoh : Hukum mencukur alis, mengikir gigi, melabuhkan pakaian, dan lain-lain.
V. SIKAP PENGIKUT HAWA NAFSU DAN FIRQOH-FIRQOH YANG SESAT TERHADAP AS SUNNAH
Sesungguhnya para musuh Islam dari berbagai kalangan senantiasa tidak henti-hentinya memikirkan makar untuk menghancurkan Ad Dien ini. Dan salah satu yang menjadi sasaran mereka adalah As Sunnah Al Muthohharoh yang merupakan salah satu sumber syari’at Islam.
Diantara usaha-usaha yang mereka lakukan untuk memerangi As Sunnah :
1. Menolak As Sunnah sebagai hujjah, dan ini terbagi dalam beberapa macam:
a. Menolaknya secara mutlak.
b. Menolak hadits-hadits Ahad terutama dalam masalah Aqidah.
c. Menolak hadits-hadits yang menurut sangkaan mereka bertentangan dengan akal.
d. Menolak hukum-hukum yang terdapat di dalam As Sunnah yang tidak terdapat dalam Al Qur’an atau dianggap bertentangan dengan isi Al Qur’an.
2. Tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan kepada beberapa rowi hadits, seperti Abu Hurairah  dan Az Zuhri رحمه الله
3. Membuat dan menyebarkan hadits-hadits palsu di tengah-tengah kaum muslimin.
VI. ARGUMEN-ARGUMEN MUSUH-MUSUH SUNNAH DAN JAWABAN ULAMA AHLI HADITS TERHADAP MEREKA
Berikut ini kami akan jelaskan argumen-argumen (syubhat-syubhat) mereka serta jawaban dan sanggahan para Ahli Hadits terhadap serangan dan syubhat yang mereka lemparkan tersebut. Dan untuk kesempatan kali ini kami hanya menitikberatkan bantahan kepada mereka yang menolak As Sunnah secara mutlak. Wallohul Muwaffiq.
Syubhat I : Firman Allah  yang menunjukkan bahwa Al Qur’an telah meliputi segala sesuatu (Q.S.6:38 / 16:89 )
Jawaban : Al Kitab yang dimaksud dalam Q.S. 6:38 adalah Lauh Mahfuzh dan bukan Al Qur’an. Seandainya kita menafsirkannya dengan Al Qur’an sebagaimana Q.S.16:89 maka yang dimaksud adalah Al Qur’an telah menjelaskan seluruh hal-hal yang pokok dan hukum secara global.

Syubhat II : Allah  sudah menjamin kemurnian Al Qur’an dengan penjagaan-Nya dan hal ini tidak terdapat pada As Sunnah (Q.S.15:9 )
Jawaban : Sesungguhnya Allah  telah menjamin kemurnian syari’atini yang mencakup Al Qur’an dan As Sunnah, sebagaimana firman-Nya (Q.S.9:32). Dan Ulama kita juga berbeda dalam menafsirkan
( وإنا له لحافظون ):
1. Ada yang mengatakan :” Menjaganya” berarti menjaga Muhammad 
2. Ada juga yang mengatakan :”Menjaganya” berarti menjaga syari’at yang mencakup Al Qur’an dan As Sunnah.
3. Ada juga yang menafsirkannya dengan Al Qur’an namun ini bukanlah pembatasan.

Syubhat III : Seandainya As Sunnah merupakan hujjah tentu Nabi  menyuruh untuk menuliskannya dan tentu hal tersebut akan dilakukan oleh para shahabat, tabi’in sesudahnya.
Jawaban : 1. Sesuatu yang hujjah tidak harus ditulis.
2. Sebagian ulama mengedepankan hafalan daripada tulisan.
3. Beberapa hadits menunjukkan bahwa Nabi  mengizinkan kepada beberapa shahabat untuk menulis hadits bahkan memerintahkan menulisnya.

Syubhat IV : Hadits-hadits Nabi  yang mengisyaratkan akan munculnya hadits-hadits yang palsu dan perintah untuk menghadapkan hadits-hadits tersebut dengan Al Qur’an.
Jawaban : Bahwa seluruh hadits-hadits tersebut lemah dan tidak pantas dijadikan hujjah

Sumber: Silsilah I : As-Sunnah Sebagai Salah Satu Sumber Syariat Islam
Oleh : ABU ABDILLAH MUHAMMAD YUSRON ANSHOR, LC