Menu

Selasa, 26 Oktober 2010

Abu Hurairah, Sang Periwayat Islam yang Terdhalimi (II)

Abu Hurairah, Sang Periwayat Islam yang Terdhalimi (II)
Oleh : 
Abu Shafa Luqmanul Hakim, Lc

Ketiga: Faktor Yang Menjadikan Beliau Banyak Meriwayatkan Hadits
Pembaca yang budiman, adalah merupakan hal yang aksiomatik bagi kita bahwa untuk meraih sebuah kesuksesan dibutuhkan upaya dan usaha yang tidak kecil, dibutuhkan pula pengorbanan yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, dan yang lebih urgen dari semua itu adalah curahan taufiq dan hidayah dari Allah –subhanahu wa ta'ala-, inilah sunnatullah yang telah ditetapkan oleh Allah bagi sekalian makhluqNya.
Ilmu merupakan sebuah keutamaan dan kemuliaan, tentunya berdasarkan "kaedah" yang kami telah jelaskan di atas, dibutuhkan kesungguhan dan keletihan dalam menuntutnya, harus dibekali keuletan dan kesabaran bagi yang ingin berhias dengannya, hal ini bukan sesuatu yang aneh bagi para ulama kita, olehnya betapa banyak untaian kata-kata bijak yang keluar dari lisan hikmah mereka, beberapa untaian perkataan di bawah ini adalah buktinya:
Abdullah bin 'Abbas –radhiyallahu 'anhu- berkata:
ذللت طالبا فعززت مطلوبا
Artinya: aku letih ketika menuntut ilmu maka aku mulia dengannya [menjadi tujuan rihlah para penuntut ilmu]

Abu Hurairah, Sang Periwayat Islam yang Terdhalimi (I)

Abu Hurairah, Sang Periwayat Islam yang Terdhalimi (I)
Oleh : 
Abu Shafa Lukmanul Hakim, Lc az-Zhemberiy

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي رسوله الأمين وعلي آله وأصحابه الطاهرين ومن اهتدي بهداهم إلي يوم الدين, أما بعد :
Ikhwah yang dirahmati oleh Allah, diantara salah satu aqidah pokok ahlus sunnah adalah memuliakan para sahabat Rasulullah –shallahu 'alaihi wa sallam-, menyakini keadilan[1] mereka, serta mensucikan lisan-lisan kita dari mencela, menghina ataupun mengkafirkan mereka, tentunya hal ini berpijak pada dalil yang kuat, baik dari al-Qur'an, as-Sunnah maupun ijma' dari para ulama kita, Allah –subhanahu wa ta'ala- berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya: Orang-orang terdahulu lagi yang pertama [masuk islam] dari para Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridhoi mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan untuk surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang besar.[2]