Menu

Rabu, 16 Maret 2011

Ingkar Sunnah Menolak Kebenaran Hadits Rosulullah

Assalamu'alaikum wr. wb

Bagaimana kita menerangkan kebenaran hadits-hadits Rosulullah SAW kepada gerakan ISA BUGIS, karena mereka tidak mau mengambil hadits-hadits tsb dengan alasan dari sekian ratus ribu hadits yang ada hanya sekitar enam ribu hadits saja yang bisa dipegang itupun masih bisa diperdebatkan. Maka dari itu kita lebih baik mengkaji al-quran saja ! (kata mereka)


Saya sangat mengharapkan bantuan ustadz untuk dapat memberikan jawaban ini, agar mereka dapat kembali meyakini kebenaran al-hadits, karena diantara ikhwan banyak yang tertarik dengan keilmiahan al-quran yang mereka bahas. Saya khawatir ikhwan-ikhwan akan tersesat dengan mengingkari hadits-hadits Rosulullah SAW.

Sekali lagi saya berharap ustadz dapat segera memberi jawabannya. Jazakumulloh

Salah satu metode meruntuhkan ajaran Islam yang paling kuno dan sudah jadi langganan orang kafir adalah menghembuskan keragu-raguan kepada keshahihan hadits-hadits nabawi. Tasykik (menyusupkan keragu-raguan) model ini sebenarnya metode klasik yang sering dilancarkan para orientalis zaman dulu. Triknya pun sebenarnya terbilang ketinggalan zaman alias sudah out of date. Meski demikian, bila ditembakkan kepada kalangan awam yang gagap dengan esensi ajaran Islam, ternyata jurus ini terkadang masih ampuh juga.

Yang jelas bukan karena keampuhan jurusnya, tetapi memang dasarnya pertahanan fikrah umat Islam ini terlalu lemah dan rentan terhadap berbagai serangan, bahkan yang paling lemah sekalipun. Sehingga hanya sekali gebrak saja sudah jatuh betekuk lutut.

Padahal bila kita sedikit saja punya latar belakang pemahaman ilmu hadits, pastilah kita dengan mudah akan merontokkan semua tuduhan miring tentang keabsahan hadits nabawi. Kami akan sampaikan tiga contoh tuduhan orientalis dan jawaban singkatnya.

1. Teori Projecting Back

Diantara argumen yang dilancarkan oleh para orientalis adalah teori projecting back. Teori ini berkesimpulan bahwa hampir semua hadits itu hanyalah karangan para ahli fiqih yang hidup di abad ke 2 dan ke 3 hijriyah tapi dibuat seolah-olah berasal dari Rasulullah SAW. Salah satu tokohnya adalah Joseph Scacht dalam bukunya The Origins Of Mohammadan Juresprudence dan An Introduction to Islamic Law.

Salah satu ungkapannya adalah “Kita tidak akan menemukan satu buah hadits hukum yang berasal dari Nabi yang dapat dipertimbangkan shahih”.

Tentu saja orang awam dan terbelakang dengan ajaran Islam akan terkagum-kagum dengan lontaran semacam ini. Dan dengan mudah akan langsung membenarkannya. Padahal, teori itu mudah sekali dipatahkan. Adalah seorang Dr. Mustafa Al-Azhami, seorang peraih gelar doktor pada Univ. Cambridge Inggris yang melakukannya dengan mudah. Beliau mengambil sebuah naskah hadits yang dituduhkannya sebagai karangan ulama saja untuk dijadikan bahan penelitian yang menumbangkan tuduhan keji musuh Islam.

Naskah itu milik As-Suhail bin Abu Shalih (w 138 H). Ayahnya yaitu Abu Shalih adalah seorang murid Abu Hurairah. Sehingga haditsnya punya runtutan rawi yang jelas dari Suhail dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Naskah ini mengandung 49 hadits yang setelah diteliti sampai ke generasi ke tiga yaitu generasi Suhail, ternyata jumlah rawinya mencapai 20 sampai 30 orang yang masing-masing berdomisili di beragam penjuru dunia yang berjauhan di masa itu. Sangat mustahil untuk ukuran masa itu mereka berkumpul untuk membuat sebuah hadits palsu sehingga redaksinya bisa mirip persis. Salah satu hadits itu adalah :

"Bila salah seorang dari kamu bangun dari tidurnya, maka hendaklah dia mencuci tangannya, karena dia tidak tahu semalam tangannya berada di mana”.

Dalam naskah Suhail hadits ini ada pada urutan ke 7 dan pada jenjang pertama (tabaqah ula) diriwayatkan oleh 5 orang shahabat yaitu Abu Hurairah, Ibnu Umar, Jabir, Aisyah dan Ali ra. Abu Hurairah sendiri lalu meriwayatkan hadits ini kepada 13 orang tabi`in. Ke-13 orang ini lalu menyebar ke berbagai penjuru dunia. 8 orang tinggal di Madinah, seorang tinggal di Kufah, 2 orang tinggal di Bashrah, seorang tinggal di Yaman dan seorang lagi tinggal di Syam.

Ke 13 tabi`in ini lalu meriwayatkan lagi hadits itu kepada generasi berikutnya Atba`ut-tabi`in dan jumlah mereka menjadi 16 orang. 6 orang tinggal di Madinah, 4 orang di Bashrah, 2 orang di Kufah, 1 orang di Mekkah, 1 orang di Yaman, 1 orang di Khurasan dan 1 orang di Himsh Syam.

Maka amat mustahil ke 16 orang yang domisilinya terpencar-pencar di beragam ujung dunia itu pernah berkumpul bersama pada suatu saat untuk membuat hadits palsu bersama yang redaksinya sama. Atau mustahil pula mereka masing-masing di rumahnya membuat hadits lalu kebetulan semua bisa sama sampai pada tingkat redaksinya.

Padahal ke 16 orang itu baru dari jalur Abu Hurairah saja. Apabila jumlah rawi itu ditambah dengan yang dari ke 4 shahabat lainnya, maka jumlahnya akan menjadi lebih banyak.

2. Tuduhan Bahwa Hadits Terlalu Banyak

Orang yang awam dengan ilmu hadits pasti dengan mudah akan menganggukkan kepala manakala mendengar argumen musuh Islam yang mengatakan bahwa secara logika tidak bisa diterima adanya jumlah hadits nabi yang mencapai ratusan ribu. Apakah pekerjaan Nabi itu hanya bicara saja ? Pastilah ada banyak sekali hadits palsu.

Padahal adanya hadits yang mencapai ratusan ribu itu sebenarnya hanya karena cara penghitungannya saja. Rupanya para orientalis yang murid-muridnya tidak tahu bagaimana cara menghitung hadits nabi. Mereka menduga bahwa hadits nabi itu hanya matannya saja.

Padahal dalam ilmu hadits, hadits adalah gabungan dari antara matan dan sanadnya. Karenanya, bila terdapat matan hadits yang sama namun sanadnya berbeda misalnya 10 jalur sanad, tetap akan dihitung sebagai 10 hadits dan bukan satu hadits saja. Dari sisi ini saja sudah terbukti bahwa mereka yang melontarkan tuduhan sebenarnya tidak tahu duduk persoalannya.

Para orientalis seringkali mengatakan bahwa hadits baru ditulis seratus tahun lebih setelah Rasulullah SAW wafat. Sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya pemalsuan. Sedangkan di masa Rasulullah SAW hadits itu tidak pernah ditulis. Tuduhan ini pun seringkali mengecoh orang awam untuk membenarkan tasykik.

Padahal para orientalis keliru memahami ungkapan Imam Malik yang menyebutkan bahwa orang yang menulis hadits adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri (w 123 H). Bahkan penelitian menunjukkan bahwa di masa Rasulullah SAW masih hidup, tidak kurang ada 52 orang shahabat yang kerjanya menulis dan mencatat hadits-hadits beliau. Sedangkan di kalangan tabi`in ada 247 yang melakukan hal serupa.

Adapun yang dikatakan oleh Imam Malik maksudnya adalah bahwa Az-Zuhri merupakan orang yang pertama kali mengumpulkan naskah-naskah hadits menjadi satu.

Pesan Buat Para Pengingkar Hadits

Maka para pengingkar hadits dari kalangan muslimin sebenarnya perlu membuka mata untuk tahu dari manakah sebenarnya pemikiran keliru itu mereka lahap. Tidak lain dari para orientalis yang sejak awal sudah punya niat tidak baik terhadap Islam.

Seharusnya mereka perlu sedikit lebih mawas diri untuk belajar dan memperdalam ilmu agama secara benar, agar tidak terlalu mudah terlena dengan bujuk rayu musuh Islam.

Sayangnya kebanyakan mereka justru terlalu awam dengan ajaran Islam, ditambah terlalu mudah terpesona dengan apa yang lahir dari mulut musuh-musuh Islam. Seolah-olah barat itu sumber kebenaran satu-satunya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar