Tujuan penyampaian materi:
1.
Agar peserta tarbiyah memahami hakikat Al Ghuraba
2.
Agar peserta tarbiyah mengetahui keutamaan Hadits Ghuraba
3.
Agar peserta tarbiyah memahami sirah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dalam memenangkan Islam (Secara khusus dari keadaan asing menuju
keadaan eksis)
4.
Agar peserta tarbiyah mendapatkan ibrah pada manhaj Rasululullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam untuk diterapkan dalam menegakkan dakwah hari ini
5.
Agar peserta tarbiyah mengetahui keutamaan ghuraba dan tidak berpaling
dari keistiqamahan hanya karena keterasingan yang dirasakannya.
6.
Agar peserta tarbiyah mengetahui sebab-sebab keterasingan dan metode
menghilangkannya.
Pengantar
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam bersabda:
بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء
“Islam mulai dalan keadaan asing dan akan kembali - sebagaimana ketika
dia mulai - asing maka keberuntunganlah bagi orang-orang yang dianggap asing.” (HR. Muslim)
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma
dengan lafazh:
إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبا كما بدأ
“Sesungguhnya Islam
mulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ketika dia
dimulai.”
Imam Ibnu Majah meriwayatkan
dari Abu Hurairah, Abdullah din Mas’ud dan Anas bin Malik Radhiyalahu ‘Anhum
dengan lafazh:
إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبيا فطوبى للغرباء
“Sesungguhnya Islam mulai dalam keadaan asing dan
akan kembali menjadi asing maka keberuntunganlah bagi orang-orang yang dianggap
asing.”
Semua jalan
periwayatan hadits ini shahih.
Dalam sebagian
riwayat dijelaskan ciri para ghuraba, diantaranya riwayat yang menyebutkan :
قيل:
يا رسول الله! من هم الغرباء؟ قال: هم ناس قليلون صالحون بين ناس كثيرين، من يعصيهم
أكثر ممن يطيعهم
“Dikatakan:
“Wahai Rasulullah, siapakah para ghuraba itu?” beliau berkata: “Mereka
adalah orang-orang shalih yang jumlahnya sedikit diantara banyaknya manusia,
yang menyelishi mereka lebih banyak daripada yang mengikuti mereka.”
Demikian pula riwayatkan yang lebih khusus
menyebutkan bahwa mereka adalah para mushlih (salah satu tujuan tarbiyah
pada pribadi) yaitu para penyeru ke jalan Allah:
الغرباء
هم الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي من بعدي
“Al Ghuraba adalah mereka yang memperbaiki
apa yang dirusak oleh manusia dan sunnahku setelahku.”
Kedua
penafsiran ini disebutkan syaikh Al Albani dalam salah satu kaset ceramah
beliau (sumber : دروس صوتية قام بتفريغها موقع الشبكة
الإسلامية http://www.islamweb.net )
Definisi Ghuraba
1.
Secara bahasa (Etimologi)
Al Ghuraba adalah bentuk jamak dari kata al
gharib, berasal dari kata al ghurbah yang memiliki beberapa makna
diantaranya:
-
Jauh dari negerinya/kampungnya.
-
Orang yang bukan bagian dari kaum yang dia berada di
tengah-tengah mereka.
-
Tidak jelas, tersembunyi dan tidak dikenal.
-
Pergi dan menjau dari orang banyak.
2.
Penggunaannya dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam
-
Bermakna keterasingan lahiriyah (fisik) yaitu orang
yang tinggal bukan di negerinya seperti yang disebutkan dalam hadits : “Jadilah
engkau di dunia seperti orang yang gharib atau penyeberang
jalan/musafir)
-
Bermakna keterasingan ma’nawiyah (non fisik) yaitu
keistiqamahan, menetapi perkara-perkara yang membutuhkan kesungguhan dan
pengorbanan, meninggalkan fitnah dan menetapi apa yang dijalani oleh bagian
pertama dari ummat ini (para salaf khususnya para sahabat). Makna ini seperti
yang kita baca
dalam hadits : “Islam mulai dalam keadaan asing”.
Keutamaan Al Ghuraba
1.
Merekalah golongan yang selamat.
Seperti yang
disebutkan dalam hadits 73 golongan dimana 72 golongan dalam neraka dan 1
golongan dalam surga. Satu dibanding tujuh puluh dua adalah sedikit atau asing.
2.
Merekalah kelompok yang mendapatkan
pertolongan dan kemenangan.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق حتى تقوم الساعة
“Akan senantiasa ada dari umatku satu thaifah
yang tegak diatas kebenaran sampai datangnya hari kiamat.” (HR. Hakim dan disahihkan Al Albani)
Thaifah bisa berarti sekelompok orang dan bisa
juga mencakup satu orang saja.
Dalam riwayat lain :
لا تزال طائفة من أمتي منصورين لا يضرهم خذلان من خذلهم
حتى تقوم الساعة
“Akan senantiasa ada dari umatku
orang-orang yang mendapatkan pertolongan, tidak memudharatkan mereka orang yang
tidak mau menolong mereka smpai datangnya hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban dan disahihkan Al Albani)
3.
Allah menjawab doa mereka dan
mewujudkan sumpah mereka.
رب أشعث مدفوع بالأبواب لو أقسم على الله لأبره
“Boleh jadi seorang yang rambutnya kusut,
ditolak di setiap pintu, seandainya dia bersumpah atas nama Allah maka Allah
pasti akan memenuhi sumpahnya.” (HR. Ahmad dan Muslim)
4.
Penghuni surga
طوبى شجرة في الجنة مسيرة مائة عام ثياب أهل الجنة تخرج
من أكمامها
“Thuba adalah sebuah pohon di surga yang jaraknya 100
tahun, pakaian penduduk surga dikeluarkan dari kelopaknya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dan dihasankan Al Albani)
KETERASINGAN YANG PERTAMA
1.
Sebab – sebab
:
-
Lemahnya
pengaruh kenabian di Jazirah Arab.
-
Fanatisme terhadap
tradisi nenek moyang.
-
Sikap ahlul
kitab yang mendukung penyembah berhala.
-
Tradisi
kesukuan :
·
Tradisi
kepemimpinan dalam kabilah
·
Tradisi fanatisme kekabilahan
-
Pengaruh sikap
Quraisy terhadap da’wah bagi bangsa Arab.
2.
Ciri – ciri :
1)
Dakwah
dilakukan secara sembunyi-sembunyi:
i)
Mengajak siapa
yang dianggap mudah untuk dipengaruhi secara sembunyi-sembunyi
ii)
Berkomunikasi
dengan para pengikut secara sembunyi-sembunyi
2)
Kurangnya
pengikut
3)
Intimidasi dan
penyiksaan
4)
Penyempitan
dan pembatasan (ketidakbebasan)
5)
Pembatasan
medan dakwah pada satu tempat saja
3.
Bagaimana
menghadapinya :
a.
Berdakwah
secara terang-terangan
b.
Berdakwah di
luar kota Makkah
c.
Membaiat
Sahabat-sahabat Anshar dan berhijrah serta mendirikan Negara
d.
Berjihad di
jalan Allah
e.
Memerangi
Yahudi
f.
Fathu Makkah
(Menaklukkan Makkah)
g.
Internasionalisasi
dakwah:
1.
Perkataan
2.
Perbuatan:
a. Mengirimkan
surat kepada raja-raja
b.
Berjihad di
luar Jazirah Arab
b.1. Perang Mu’tah
b.2. Perang Tabuk
b.3. Pasukan Usamah
4.
Jenis-jenis Al
Ghurbah (Keterasingan)
A.
Keterasingan Syari’at
B.
Keterasingan
tempat: yaitu ketika agama dan penganutnya menjadi asing di sebuah negeri namun
menjadi mulia dan eksis di negeri yang lain
C.
Keterasingan
zaman: yaitu agama menjadi asing di seluruh penduduk dunia:
a.
Sebelum
diutusnya Nabi
b.
Sebelum terjadinya
kiamat
KETERASINGAN YANG KEDUA
A.
SEBAB-SEBAB
KETERASINGAN
a.
Lemahnya
dakwah dan tarbiyah
b.
Lemahnya
semangat dalam menuntut ilmu agama sehingga tersebar kejahilan
c.
Ditinggalkannya
amar makruf dan nahi munkar
d.
Ditinggalkannya
jihad fisabilillah
e.
Runtuhnya khilafah
f.
Menyerupai
orang-orang kafir
g.
Konspirasi
musuh-musuh Islam
B.
FENOMENA
KETERASINGAN
1.
Keterasingan
Islam di hadapan agama-agama lain
2.
Keterasingan
Ahlus Sunnah pada pemeluk islam sendiri
a.
Asing pada
aqidahnya: Karena berpegang teguh kepada sunnah di tengah-tengah
kelompok-kelompok dan para pengikut hawa nafsu
b.
Asing pada
tata cara penampilannya
c.
Asing pada
tata cara persaudaraannya
d.
Asing pada
tata cara persahabatannya
e.
Asing pada
majlis-majlisnya
f.
Asing pada
tata cara/respsi pernikahannya
g.
Asing pada
tata cara bertetangganya
h.
Asing pada
kekhusyu’annya
i.
Asing pada
tata cara bermintanya
j.
Asing pada
tata cara zuhud dan qana’ahnya
k.
Asing pada
tata cara menangisnya
C.
FAKTOR-FAKTOR
PENGHILANG KETERASINGAN
a.
Adanya
orang-orang yang memiliki aqidah dan mabda’ yang benar dan kuat
b.
Adanya
penolong (Al Anshar)
c.
Adanya
pemimpin
D.
WASILAH-WASILAH
MENGHADAPINYA
a.
Giat
Menyebarkan dakwah
b.
Membangun
jama’ah islamiyah
c.
Mendirikan
daulah
d.
Menegakkan
jihad
e.
Menegakkan
amar makruf nahi munkar
f.
Mengayomi
seluruh alam atau Menguasai (guru Peradaban) dunia
Wallahu A’lam
izin copas ya
BalasHapusMa syaa Allah.. Syukran wajazakallahu khayran wabarakallahu fiik...
BalasHapus