Menu

Selasa, 05 Maret 2013

PENYAKIT IKUT-IKUTAN




Peringatan Allah dan Rasul-Nya Tentang Ikut-Ikutan

Ada banyak peringatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang disampaikan melalui para sahabatnya kepada ummat ini sebelum menitipkan Islam ini kepada mereka.

Setelah beliau meninggal ummat ini akan banyak ditimpa penyakit, diantaranya; berpecah belah, saling berselisih, hasad, benci membenci, cinta kepada dunia, munculnya perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam agama dan takut akan kematian, serta ikut-ikutan pada ummat yang lain.

Dalam tulisan ini insya Allah kita akan memfokuskan pembahasan pada salah satu penyakit ummat yang sadar atau tidak sadar telah menimpa mereka, baik di kalangan intelektualnya apatah lagi kalangan awamnya, yaitu penyakit ikut-ikutan pada ummat lain yang dikenal dengan istilah Tasyabbuh

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

 « لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »

            “Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan ummat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga kalaupun mereka masuk ke dalam lubang biawak kalian pun pasti mengikutinya,Kami bertanya: “Wahai Rasulullah apakah mereka adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi”[1]      

Bahkan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dalam riwayat lain menukil dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan tegasnya bersabda:

« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ 

“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ummatku mengambil (jalan) generasi-generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta” Maka ditanyakan: Wahai Rasulullah apakah seperti orang-orang Persia dan Romawi? Beliaupun menjawab: “Selain mereka,lantas siapa lagi?”[2]



Di Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga telah memperingatkan sembari berfirman:\

وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.[3]

وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”[4]

Upaya Nabi Agar Para sahabat Hanya mencukupkan Islam dan tidak mengikuti Ummat Lain


Semasa Nabi masih hidup beliau sangat memperhatikan masalah ini, membimbing para sahabat agar merasa mulia dan cukup dengan apa yang beliau ajarkan baik dalam masalah aqidah, ibadah, etika maupun muamalah dan menjauhi hal-hal yang merupakan bentuk tasyabbuh  kepada ummat lain.

Tak segan-segan Nabi menegur para sahabat tatkala mereka keluar bersama menuju Hunain yang saat itu banyak diantara mereka baru saja memeluk Islam pasca penaklukan kota Mekkah, ketika melihat orang-orang musyrik mengkultuskan sebatang pohon sakti yang mereka sebut sebagai Dzaata Anwaath, merekapun berkata: “Wahai Rasulullah buatkanlah kami pohon sakti seperti pohon sakti yang mereka miliki” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegur seraya berkata: “Allahu Akbar, sesungguhnya ini adalah jalan-jalan (orang-orang Musyrik), demi jiwaku yang berada di tangan-Nya kalian telah mengatakan seperti apa yang dikatakan Bani Israil (kepada Nabi Musa): "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala) Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"[5]. Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan ummat sebelum kalian Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan ummat sebelum kalian [6]

Dalam masalah puasa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


) فَصْلُ مَا بَــيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْــلَةُ السَّحَرِ ( رواه مسلم

Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahlul kitab adalah makan sahur”[7]

Dalam masalah jenggot  Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  
] خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ [
"Selisihilah orang-orang musyrik, biarkanlah jenggot kalian lebat dan cukurlah kumis."[8]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  


« جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ ».
"Cukurlah kumis, biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi."[9]
Hingga saat sakarat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan agar tidak mengikuti Yahudi dan Nasrani secara khusus membangun masjid di atas kuburan, Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menceritakan Nabi bersabda:
« لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى ، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ »
“Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka telah menjadikan kuburan Nabi-nabi mereka sebagai Masjid”[10]


Ancaman bagi orang yang suka ikut-ikutan

      Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
« مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ »
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum mereka."[11]
] لَيْسَ مِنَّا مَنْ عَمِلَ بِسُنَّةِ غَيْرِنَا [
"Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan kebiasaan orang kafir." [12]

Pemahaman para sahabat tentang Tasyabbuh


            Para Sahabat ingin agar sifat puasa ‘Asyura’ berbeda pelaksanaannya dengan cara yahudi
      Dari Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما telah berkata:

 حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ r يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا :"يـَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالـنَّصَارَى" فَقَالَ رَسُولُ اللهِ r ) فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ( قَالَ "فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ r " رواه مسلم

“Ketika Rasulullah r berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagung- kan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka Rasulullah r bersabda: “Pada tahun mendatang Insya Allah kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan” dia (Ibnu Abbas) berkata: “akan tetapi beliau  r telah wafat sebelum tahun depan[13]
    
  Imam Nawawi  رحمه الله berkata: “Sebagian ‘ulama dari shahabat kami dan lainnya menyebutkan beberapa pendapat tentang hikmah disunnahkannya puasa Tasu’a, diantaranya adalah Untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh”.[14

 Para sahabat tak ingin pengecut seperti bani Israil

Pada perang badar dengan gagah berani tampillah Miqdad menyampaikan kepada Rasululllah:

“Ya Rasulullah….Teruslah laksanakan apa yang dititahtan Allah, dan kami akan bersama anda…!
Demi, Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa: Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini.
Tetapi kami akan
mengatakan kepada anda: Pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di samping anda…!
Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran!
Seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama anda dengan
tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan disebelah kiri anda, di bagian depan dan di bagian belakang anda, sampai Allah memberi anda kemenangan….![15]

Setelah Rasulullah meninggalkan ummat

Rasulullah tidak pernah berkata sesuai hawa nafsunya, tak lain yang diucapkannya melainkan wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya, demikianlah Allah menyanjung sang Rasul dalam Surah An Najm ayat 3-4
Setelah Sang Rasul- pun pergi, terjadilah apa yang beliau katakan
1.      Kaum Muslimin membangun masjid-masjid di atas kuburan
2.      Mengabaikan kitab Al Qur’an seperti Ahlul Kitab
3.      Memotong Jenggot
4.      Ikut Merayakan Tahun baruan seperti yang telah dilakukan orang Romawi dan Nasrani

Di jaman Romawi, pesta tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan berwajah dua). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa (abad permulaan Masehi). Seiring muncul dan berkembangnya agama Nasrani, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai satu perayaan “suci” sepaket dengan Natal. Itulah sebabnya mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu: Merry Christmas and Happy New Year.
Jadi jelas, apa yang ada saat ini, merayakan tahun baru masehi adalah bukan berasal dari budaya kita, kaum muslimin, tapi sangat erat dengan keyakinan dan ibadah kaum Nasrani.
5.      Merayakan Valentin’s Day seperti yang telah dilakukan orang Romawi dan Nasrani
6.      Merayakan Maulid seperti Nasrani merayakan hari lahirnya Yesus
7.      Bertabarruj seperti tabarruj jahiliah terdahulu, yaitu wanita yang suka berjalan di tengah kerumunan banyak laki-laki, atau menutup kepala dengan khimar namun masih kelihatan leher dan perhiasan-perhiasan lainnya
8.      Suka bakar kemenyan seperti orang-orang hindu
9.      Sebagian ghulu terhadap Nabi dengan meyakini nabi hadir pada setiap acara dan sebagian yang lain meremehkannya dengan tidak bershalawat ketika mendengar namanya disebut atau tidak membela kehormatannya ketika dilecehkan
10.  Banyak pemuda muslim yang belajar ke Negara Persia (Iran)

Demikianlah segelintir wujud ikut-ikutannya ummat Islam kepada ummat yang lain

Wallahul Musta’aan Wa Ilaihil Musytaka’




[1] (HR. Al Bukhari No 7320 Bab Sabda Nabi Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan ummat sebelum kalian (Mauqi’Wizaatul Al Qaaf Al Mishriyah, hal 126) dan Abu Husain Muslim No 6952 Bab Mengikuti Jalan-jalan Yahudi dan Nasrani (Bierut, Daarul Jiel, hal 57) 
[2] HR. Al Bukhari No 7320 Bab Sabda Nabi Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan ummat sebelum kalian (Mauqi’Wizaatul Al Qaaf Al Mishriyah, hal 125)
[3] QS. Al Hadiid : 16
[4] QS. Al Ahzaab: 33
[5] Al Qur’an Terjemah Surat Al A’raaf: 138
[6]  Dikelurakan oleh Imam At Tirmidzi(Sunannya Kitab Al Fitan Bab Maa Jaa Latarkabunna sanana man kaana Qablakum dan berkata: Hadits Hasan Shohih No 2180, dan Imam Ahmad (Kitab Sunan) No 21390, Dishahihkan Al Al Bani (Jilbaab Al Mar’ah Sholihah) No 202
[7] Abu Husain Muslim No 2604 Bab Keutamaan sahur dan penegasan akan disunnahkannya dan keutamaan mengakhirkannya serta menyegerakan berbuka (Bierut, Daarul Jiel, hal 130)
[8] (HR. Al Bukhari No 5892 Bab memotong kuku (Mauqi’Wizaatul Al Qaaf Al Mishriyah, hal 2209) dan Abu Husain Muslim No 259 Bab Khishaalul fithrah (Bierut, Daarul Jiel, hal 222) 
[9] Abu Husain Muslim No 626 Bab Khishaalul fithrah (Bierut, Daarul Jiel, hal 153)

[10] (HR. Al Bukhari No 1390 Bab Tentang Kuburan Nabi Abu Bakar dan Umar (Mauqi’Wizaatul Al Qaaf Al Mishriyah, hal 330 jilid 5) dan Abu Husain Muslim No 1212 Bab Larangan membangun mesjid di atas kuburan (Bierut, Daarul Jiel, hal 67, Jilid 2) 
[11] HR. Abu dawud No 4031 Bab mengenakan pakaian Syuhrah Sunan Abi Dawud (Daarul Fikri, hal 441)
[12] Lihat Shahih al Jami' no. 5439.
[13] Abu Husain Muslim No 2722 Bab Pada hari apa berpuasa Asyura’ (Bierut, Daarul Jiel, hal 151)
[14] Imam Nawawi, Syarhun Nawawi ‘Ala Muslim, Bab Pada hari apa berpuasa Asyura’ Hal 121 Jilid 4
[15] Ibnu Katsir, Tafsiirul Qur’anil ‘Azhiim, Jilid 4 Hal 17 (Daarut Thoyyibah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar