Al-Imam An-Nasai Rahimahullah meriwayatkan hadits dalam Sunan beliau dari
sahabat yang mulia Usamah bin Zaid Radhiyyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
Saya bertanya kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bahwa mengapa
saya belum pernah mendapati anda berpuasa (sunnah) dalam sebulan seperti pada
bulan sya’ban ini? Beliau menjawab:
«ذلك
شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين،
فأحب أن يرفع
عملي وأنا صائم»
Artinya: “Karena pada bulan inilah
banyak manusia yang lalai akan keutamannya, sebab ia muncul antara bulan rajab
dan bulan ramadhan, dan dalam bulan ini pula amalan-amalan diangkat kepada Allah
Rabbul ‘Alamin, sementara saya senang bila amalan saya diangkat dan saya dalam
keadaan berpuasa”. (HR. An-Nasai
dalam Sunan Ash-Shughraa –Kitab Ash-Shiyam- dan Hadits ini dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai, No 2356)
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah
bertutur: Dalam hadits ini terdapat beberapa faidah:
1.
Pada bulan sya’ban banyak manusia
yang lalai akan keutamannya, sebab ia muncul antara bulan rajab dan bulan
ramadhan, terdapat isyarat bahwa terkadang seseorang merasa cukup untuk
memaksimalkan ibadah pada dua bulan mulia yang menjepitnya yaitu Rajab sebagai
salah satu bulan haram dan Ramadhan sebagai penghulu seluruh bulan, sehingga ia
tersibukkan hanya pada dua bulan tersebut lalu ia lalai dari meraih keutamaan
bulan Sya’ban.
2.
Terdapat isyarat bahwa
terkadang sesuatu yang masyhur keutamaannya baik berupa keutamaan waktu,
keutamaan tempat maupun keutamaan para tokoh tidak lebih utama daripada
selainnya, baik secara mutlak maupun secara spesifik, karena pada umumnya
manusia hanya tersibukkan pada hal-hal yang masyhur namun lalai dari apa yang
utama dihadapannya saat itu disebabkan ketidakmasyhuran hal tersebut pada dirinya.
3.
Hadits tersebut menjadi dasar
disunnahkannya menghidupkan waktu-waktu yang terlalaikan oleh kebanyakan
manusia dengan melakukan ketaatan, dimana hal tersebut dicintai oleh Allah Azza
Wajalla, seperti menghidupkan shalat malam ketika banyak manusia tertidur pada
waktu tersebut, atau berdzikir mengingat Allah ketika berada di pasar saat
manusia melalaikan dzikir kepada Allah di tempat ramai tersebut.
Baca: Kitab Lathaaif Al-Ma’arif Karya Al-Imam
Zainuddin Ahmad ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah, Juz 1 halaman 138
Tidak ada komentar:
Posting Komentar