Menu

Rabu, 08 April 2020

Keutamaan Bulan Sya’ban yang Terlalaikan



Al-Imam An-Nasai Rahimahullah meriwayatkan hadits dalam Sunan beliau dari sahabat yang mulia Usamah bin Zaid Radhiyyallahu ‘Anhu, beliau berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bahwa mengapa saya belum pernah mendapati anda berpuasa (sunnah) dalam sebulan seperti pada bulan sya’ban ini? Beliau menjawab:


«ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، فأحب أن يرفع 

عملي وأنا صائم» 

Artinya: “Karena pada bulan inilah banyak manusia yang lalai akan keutamannya, sebab ia muncul antara bulan rajab dan bulan ramadhan, dan dalam bulan ini pula amalan-amalan diangkat kepada Allah Rabbul ‘Alamin, sementara saya senang bila amalan saya diangkat dan saya dalam keadaan berpuasa”.  (HR. An-Nasai dalam Sunan Ash-Shughraa –Kitab Ash-Shiyam- dan Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai, No 2356)

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah bertutur: Dalam hadits ini terdapat beberapa faidah:
1.    Pada bulan sya’ban banyak manusia yang lalai akan keutamannya, sebab ia muncul antara bulan rajab dan bulan ramadhan, terdapat isyarat bahwa terkadang seseorang merasa cukup untuk memaksimalkan ibadah pada dua bulan mulia yang menjepitnya yaitu Rajab sebagai salah satu bulan haram dan Ramadhan sebagai penghulu seluruh bulan, sehingga ia tersibukkan hanya pada dua bulan tersebut lalu ia lalai dari meraih keutamaan bulan Sya’ban.
2.    Terdapat isyarat bahwa terkadang sesuatu yang masyhur keutamaannya baik berupa keutamaan waktu, keutamaan tempat maupun keutamaan para tokoh tidak lebih utama daripada selainnya, baik secara mutlak maupun secara spesifik, karena pada umumnya manusia hanya tersibukkan pada hal-hal yang masyhur namun lalai dari apa yang utama dihadapannya saat itu disebabkan ketidakmasyhuran hal tersebut pada dirinya.
3.    Hadits tersebut menjadi dasar disunnahkannya menghidupkan waktu-waktu yang terlalaikan oleh kebanyakan manusia dengan melakukan ketaatan, dimana hal tersebut dicintai oleh Allah Azza Wajalla, seperti menghidupkan shalat malam ketika banyak manusia tertidur pada waktu tersebut, atau berdzikir mengingat Allah ketika berada di pasar saat manusia melalaikan dzikir kepada Allah di tempat ramai tersebut.

Baca: Kitab Lathaaif Al-Ma’arif Karya Al-Imam Zainuddin Ahmad ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah, Juz 1 halaman 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar