Menu

Minggu, 17 April 2011

Kisah Pertempuran Ain Jalut

Perang Ain Jalut, yang terjadi pada 3 September 1260 Masehi atau 25 Ramadan 658 Hijriah, meru pakan salah satu pertempuran besar dalam sejarah Islam. Selain itu, pertempuran ini, menurut banyak ahli sejarah, termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah. Dalam perang itu, untuk pertama kalinya bangsa Mongol mengalami kekalahan telak dan tidak mampu membalasnya di kemudian hari. Padahal Mongol (Tartar) telah menguasai banyak daerah Islam dan bahkan menjatuhkan Khilafah Abbasiah. Mereka juga berhasil membunuh Khalifah Mu’tashim Billah di Bagdad pada 656 H/1256 M.

Di bawah pimpinan Hulaku (Hulega), cucu Genghis Khan, ekspansi Tartar meluas sampai ke wilayah Gaza.
Mereka pun berniat menaklukkan Mesir dan Maghribi, yang merupakan kubu akhir yang terkuat bagi kaum muslimin. Kemudian Hulaku mengirim kurir untuk mengantarkan sepucuk surat ancaman bagi penguasa wilayah Mesir, Mahmud Saifudeen Qutuz. Isi surat antara lain menyatakan, “Kami telah menghancurkan tanah itu, menjadikan anak-anak mereka yatim-piatu, menyiksa dan membunuh mereka, serta menjadikan pemimpin mereka tawanan.
Apakah Anda pikir Anda bisa melepaskan diri dari kami?” Tak bersedia tunduk di bawah kekuasaan Mongol, Sultan Qutuz (Quds) membalas ancaman itu dengan perlawanan. Sultan Qutuz memberikan jawaban yang tak diduga oleh pimpinan Mongol. Delegasi Mongol dibunuh dan mayat mereka dibiarkan tergantung di dalam kota. Tindakannya itu meningkatkan semangat tentara dan rakyatnya, tapi di sisi lain menyampaikan tamparan keras bagi pimpinan Mongol.
Maka meletuslah perang di wilayah Ain Jalut, Palestina Utara, antara pasukan Sultan Quds dan Panglima Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa.
Sebelum pertempuran, kedua belah pihak berkemah di Palestina pada Juli 1260 dan akhirnya berhadapan di Ain Jalut. Kekuatan kedua belah pihak hampir sama, sekitar 20 ribu tentara.
Panglima Baibars menggunakan taktik dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang terkenal hebat ke arah lembah sempit. Saat mereka terjebak di lembah itulah, pasukan berkuda tentara Quds, yang sebelumnya bersembunyi di dekat lembah, melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh.
Taktik ini menuai sukses besar, dengan kemenangan di pihak Sultan Quds. Pasukan Mongol pun mundur. Bahkan pemimpinnya ditawan dan dieksekusi.
Selain itu, dalam perang ini pasukan Mesir menggunakan meriam genggam (bahasa Arab “midfa”), yang merupakan penggunaan jenis senjata ini untuk pertama kalinya. Berdasarkan catatan sejarah, komposisi bubuk mesiu yang dipakai pada pertempuran Ain Jalut ada empat jenis campuran bubuk. Bubuk yang daya ledaknya paling tinggi memiliki komposisi yang hampir serupa dengan bubuk mesiu modern, terdiri atas potasium nitrat, sulfur, dan karbon. Campuran ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada bubuk mesiu yang di Tiongkok dan Eropa pada masa itu. Pertempuran Ain Jalut juga menjadi tempat pertama kali dipakainya peluru bubuk mesiu, yang digunakan Mesir pada tombak api dan meriam genggam.
Kemenangan Sultan Quds juga berkat dukungan ulama di garis belakang, yaitu Syekh-ul-Ulama’ Al-Izz bin AbdisSalam. Sang ulama mengobarkan semangat, menyerukan kepada kaum muslimin untuk berjihad, melalui mimbarmimbar masjid. Ia juga menyerukan kepada rakyat untuk menyediakan perlengkapan perang.

Sumber:  http://eramuslim.blogdetik.com/2010/08/20/pertempuran-ain-jalut-kemenangan-tentara-islam-atas-tentara-mongol/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar