Menu

Minggu, 13 Mei 2012

Silsilah Pembelaan Terhadap Keadilan Sahabat 2 (Dalil-dalil Sunnah Tentang Keadilan Sahabat)


Kedua: Dalil-dalil dari sunnah yang suci

Sungguh Nabi Shallallahu Alaihi wasallam telah mensifati para sahabatnya dengan keadilan, dan ini dibuktikan dalam pujian-pujianw beliau terhadap mereka yang sangat banyak dalam hadits-hadits yang mulia Beliau Shallallahu Alaihi wasallam diantaranya: 

1.      Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dalam hadits Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu:
"ألا ليبلغ الشاهد منكم الغائب"
Hendaklah yang hadir dianatara kalian ini menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir[1]

Dalam hadits yang mulia ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seluruh sahabat tanpa terkecuali adalah adil, dan tidak ada diantara mereka satupun yang Majruuh (cacat) dan tidak pula Dhoif (lemah), karena seandainya ada diantara mereka satu saja yang tidak adil maka pastilah Nabi Shallallahu Alaihi wasallam mengecualikannya/menafikkannya dan mungkin beliau akan bersabda: Hendaklah sifulan saja yang menyampaikan kepada siapa yang tidak hadirMaka ketika Nabi Shallallahu Alaihi wasallam menyebutkan mereka secara global untuk menyampaikan agama ini kepada siapa yang datang setelah mereka, menjadi dalil bahwa seluruh sahabat adalah adil, dan cukuplah siapa yang ditadiil (diakui keadilannya) oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam sebagai kemuliaan.

2.       Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dalam hadits Abdullah bin Masud Radhiyallahu Anhu:
           
"خير الناس قرنى ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم، ثم يجئ قوم تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِم يَمِيَنهُ ويَميِنُهُ شَهَادَتَهُ"
                                                                                                                          
 Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian yang datang  setelahnya, kemudian yang datang  setelahnya, kemudian akan datang suatu kaum, yang persaksian salah seorang dari mereka memndahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya [2]
Persaksian akan keutamaan ini adalah penegas bagi persaksian Robbul Izzah dalam firman-Nya: kalian adalah ummat yang terbaik dikeluarkan untuk manusia (QS. Ali Imran 110)


3.      Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Abu Musa al Asy AriyRadhiyallahu Anhu:
"النجومُ أَمنةٌ للسماءِ، فإذا ذهبتِ النجوُمِ، أَتى السماءَ ما تُوعدُ، وأَنا أَمَنةٌ لأَصْحَابى. فإذا ذهبتُ أَتَى أَصْحَابِى ما يُوعدونَ، وأَصْحَابى أَمنةٌ لأُمَّتِى، فإِذا ذهب أصحابى أتى أُمِتى ما يُوعَدُون"

            Bintang-bintang adalah pelindung amanah bagi langit, maka apabila bintang-bintang itu telah pergi, datanglah apa yang dijanjikan terhadap langit, dan aku adalah pelindung bagi sahabat-sahabatku, maka bila aku telah pergi, datanglah apa yang dijanjikan bagi para sahabatku itu, dan sahabat-sahabatku adalah pelindung bagi ummatku, maka apabila sahabat-sahabatku telah pergi, datanglah apa yang dijanjikan terhadap ummatku[3]
4.      Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dalam Musnad Al Bazzaar:
           
"إن الله اختار أصحابى على العالمين، سوى النبيين والمرسلين، واختار لى من أصحابى أربعة أبا بكر، وعمر وعثمان، وعلياً رضي الله عنهم فجعلهم أصحابى قال فى أصحابى كلهم خير، وأختار أمتى على الأمم، وأختار من أمتى أربعة قرون، القرن الأول والثانى والثالث، والرابع"

Sesungguhnya Allah memilih para sahabatku atas sekalian alam, selain daripada para nabi dan rasul, dan Allah memilih empat diantara sahabatku: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali Radhiyallau Anhum untuk dijadikan sebagai sahabat (terdekat dan terbaik)ku, lebih lanjut beliau bersabda: Pada diri sahabatku seluruhnya adalah kebaikan, dan Allah memilih ummatku atas seluruh ummat yang ada, dan dari seluruh ummatku Allah memilih empat generasi terbaik, yaitu: generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat.[4]

Dan hadits yang mulia ini menegaskan firman Allah: 

{ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا }
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Fath: 29).

Abdullah bin Mas’ud juga menegaskan ayat dan hadits di atas dengan mengtakan:

"إن الله نظر فى قلوب العباد، فوجد قلب محمد صلى الله عليه وسلم  خير قلوب العباد، فاصطفاه لنفسه وابتعثه برسالته، ثم نظر فى قلوب العباد بعد قلب محمد فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد، فجعلهم وزراء نبيه صلى الله عليه وسلم  يقاتلون عن دينه "

Sesungguhnya Allah melihat ke dalam hati-hati para hamba-Nya, maka didapatlah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai pemilik hati yang terbaik, maka Dia-pun memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudaian setelah itu Allah kembali melihat ke hati-hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam maka didapatlah hati para sahabat sebagai pemilik hati yang terbaik dari seluruh hamba-Nya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping-pendamping Nabi-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam dalam memperjuangkan agama-Nya.  [5]

Berkata Imam Al Aamidiy[6]:
واختيار الله لا يكون لمن ليس بعدل "

 Dan pilihan Allah tidak diberikan kepada siapa yang tidak adil[7]

5.      Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wasallam dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu:

لا تسبوا أصحابى. لا تَسُبُّوا أصحابى : فوالذى نفسى بيده! لو أن أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مثلَ أُحُدٍ ذهباً، ما أَدركَ مُدَّ أَحَدِهِم، ولا نَصِيَفهُ".
Janganlah kalian mencerca sahabatku, janganlah kalian mencerca sahabatku, maka demi (Allah) yang jiwaku yang berada di tangan-Nya, seandainya bila kalian berinfak seperti satu gunung uhud emas, hal itu tidaklah mampu menyamai satu mud yang mereka infakkan bahkan walau seperduanya[8]
Sahabat yang mulia Said Bin Zaid Bin Amr, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin surga ketika beliau mendengar seorang laki-laki yang berasal dari kufah mencela salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  beliau berkata:
"… والله لمشهد شهده رجل يغبر فيه وجهه مع رسول الله صلى الله عليه وسلم  : أفضل من عمل أحدكم ، ولو عمر عمر نوح عليه السلام "

Demi Allah satu pertempuran yang disaksikan  seseorang hingga berdebu mukanya bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  itu lebih afdhol dari amalan salah seorang diantara kalian meskipun umurnya seperti umur nabi Nuh Alaihis Salam[9]

Syaikh Az Zarqaaniy Rahimahullah berkata: Maka kamu lihat dari persaksian-persaksian dari Kitab dan Sunnah, yang meninggikan kedudukan para sahabat hingga ke puncak, sehingga Allah tidak meninggalkan sedikitpun bagi seorang pencerca dan pembawa syubhat pada diri mereka sebuah dalil yang dapat diterima.
Sebuah realita bahwa bila akal terlepas dari mengikuti hawa nafsu dan taashshub, maka ia akan menerima semua ini dengan menyandarkan hikmah dan rahmat kepada Allah, bahwa Ia akan memilih pendamping-pendamping pembawa penutup syariat suatu ummat dan komunitas yang kacau balau, Maha Tinggi Allah dari semua itu dengan ketinggian yang besar.    
Dan dari sinilah bila kita menguatkan generasi yang mulia ini yaitu generasi para sahabat termasuk pembelaan terhadap Al Quran dan Sunnah, dan prinsip Islam dari satu sisi, dan juga merupakan sebuah bentuk keadilan dalam beretika kepada siapa yang berhak mendapatkannya dari sisi yang kedua, dan sebagai bentuk penghormatan terhadap hikmah Allah yang Maha Sempurna dalam memilih pendamping-pendamping penyampai risalah yang agung ini dari sisi yang ketiga.
Sebagaimana pula penghinaan Allah terhadap orang-orang yang menolak dan menentang pilihan Sang Maha Bijaksana, serta penghinaan mereka terhadap generasi yang mulia dan terbaik dimana hal tersebut merupakan wujud penghancuran kredibilitas Al Quran dan Sunnah serta Agama.[10]   

 Catatan: tulisan ini adalah terjemahan dan ana belum mentahqiqnya dengan baik, hanya saja sebagai penjagaan terhadap tulisan ini jangan smpai hilang dan terhaapus dalam file.



[1] (Lihat: Shahih Muslim Syarhun Nawawi kitaab Al Qasaamah bab Taghlizh Tahriim Ad Dima wal araad 6/182 No 1679, dan lihat juga: Shahih Al Bukhari Syarhu Fathil Baari dalam Kitabut Tauhiid bab Firman Allah: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.  Kepada Tuhannyalah mereka melihat. 13/433 no 7447 dari Hadits Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu)

[2] (HR. Bukhari Syarhu Fathil Bari kitab fadhoil shahaabah, bab fadhoil ashhaabin Nabiyyi  Shallallahu Alaihi wasallam, wa man shohiba annabiyya Shallallahu Alaihi wasallam au raaahu minal muslimin fahuwa min ashhaabihi 7/5 no 3651, dan Imam muslim dalam Shahih Muslim Syarhun Nawawi kitaab fadhoil shahaabah tsummal ladziina yaluunahum tsummal adziina yaluunahum 8/ hal 324 no 2533)

[3] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim Syarhun Nawawi kitaab fadhoil shahaabah, Bab: Penjelasan bahwa keberadaan Nabi Shallallahu Alaihi wasallam adalah pelindung bagi para sahabatnya, dan para sahabatnya adalah pelindung bagi ummatnya jilid 8 hal 322 no 2531).

[4] (Dikeluarkan oleh: Al Bazaar dalam Musnadnya, dan lihat juga: Kasyful astaar kitaabal manaaqib, bab manaqib  ashhaban Nabiyyi Shallallahu Alaihi Wasallam jilid 1 hal 88, berkata Al Hafizh Al Haitsamiy dalam majma Az Zawaaid jilid 10 hal 16: Hadits tersebut diriwayatkan oleh al Bazzaar dan para perawinya adalah tsiqah, dan pada sebagiannya terdapat khilaf.

[5] (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya jilid 1 hal 379 dan berkata Al Hafizh Al Haitsamiy dalam majma Az Zawaaid jilid 1 hal 178 hadits tersebut diriwayatkan Imam ahmad dan para rowinya adalah tsiqoh, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Abdil Bar dalam Muqaddimah al istiiaab jilid 1 hal 12-13)
[6] (Al Aamidiy: Ali bin abi Ali bin Muhammad bin Salim Ats-Tsalabiy, berkuniyah Abu al Hasan, digelari sebagai Saifuddiin beliau adalah seorang faqih, ulama ushul dan mantiq, akhlaknya baik, fasih bicaranya, kuat penjelasannya, dan memiliki karya-karya tulis diantaranya; Al Ihkaam Fi Ushulil Ahkaam, dan Daqaaiq Al Haqaaiq Fil Hikmah, wafat tahun 631 H, dan biografinya juga tertulis dalam wafayaatul ayaan jilid 3 hal 293 no 432, dan juga terdapat dalam Thobaqaat Asy-Syaafiiyyah karya ibnu As-Subkiy jilid 8 hal 306 no 1207, dan juga dalam Al Bidayah Wan nihayah jilid 13 hal 140.
[7] Al Ihkaam Fi Ushulil Ahkaam karya Imam Al aamidiy jilid 2 hal 82
[8] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim Syarhun Nawawi kitaab fadhoil shahaabah, Bab: Diharamkannya mencelah para sahabat 8/332 no 2540, dan al Bukhari Syrhu Fathil Bari kitab fadhoil shahaabah, Bab Sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: seandainya aku boleh memilih seorang kekasih 7/25 no 3673)
[9] Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 1/187, dan Abu Dawud dalam sunannya kitab sunnah bab fil khulafa’ 4/212 no 4650, dan sanadnya dishahihkan oleh Syaikh ahmad Muhammad Syakir pada Ta’liiqu ‘alal Musnad 3/108)
[10] Manahilul Irfaan fi Uluumil Qur’an 1/336-337

Tidak ada komentar:

Posting Komentar