Kedua: Dalil-dalil dari sunnah yang suci
Sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam telah mensifati para sahabatnya dengan keadilan,
dan ini dibuktikan dalam pujian-pujianw beliau terhadap mereka yang sangat
banyak dalam hadits-hadits yang mulia Beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam diantaranya:
1. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam hadits Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu:
"ألا ليبلغ الشاهد منكم
الغائب"
Dalam hadits yang mulia ini terdapat dalil yang
menunjukkan bahwa seluruh sahabat tanpa terkecuali adalah adil, dan tidak ada
diantara mereka satupun yang Majruuh (cacat) dan tidak pula Dho’if (lemah), karena seandainya ada diantara mereka satu saja yang
tidak adil maka pastilah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam mengecualikannya/menafikkannya dan mungkin
beliau akan bersabda: “Hendaklah sifulan saja yang menyampaikan kepada siapa yang tidak
hadir”. Maka ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam menyebutkan mereka secara global untuk
menyampaikan agama ini kepada siapa yang datang setelah mereka, menjadi dalil
bahwa seluruh sahabat adalah adil, dan cukuplah siapa yang dita’diil (diakui keadilannya) oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam sebagai kemuliaan.
2. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:
"خير
الناس قرنى ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم، ثم يجئ قوم تَسْبِقُ شَهَادَةُ
أَحَدِهِم يَمِيَنهُ ويَميِنُهُ شَهَادَتَهُ"
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian
yang datang setelahnya, kemudian yang datang setelahnya, kemudian
akan datang suatu kaum, yang persaksian salah seorang dari mereka memndahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya” [2]
Persaksian akan keutamaan ini adalah penegas
bagi persaksian Robbul Izzah dalam firman-Nya: “kalian adalah ummat yang terbaik dikeluarkan
untuk manusia” (QS. Ali Imran 110)
3. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat yang
mulia Abu Musa al ‘Asy ‘AriyRadhiyallahu ‘Anhu:
"النجومُ أَمنةٌ
للسماءِ، فإذا ذهبتِ النجوُمِ، أَتى السماءَ ما تُوعدُ، وأَنا أَمَنةٌ لأَصْحَابى.
فإذا ذهبتُ أَتَى أَصْحَابِى ما يُوعدونَ، وأَصْحَابى أَمنةٌ لأُمَّتِى، فإِذا ذهب
أصحابى أتى أُمِتى ما يُوعَدُون"
“Bintang-bintang adalah pelindung amanah bagi
langit, maka apabila bintang-bintang itu telah pergi, datanglah apa yang
dijanjikan terhadap langit, dan aku adalah pelindung bagi sahabat-sahabatku,
maka bila aku telah pergi, datanglah apa yang dijanjikan bagi para sahabatku
itu, dan sahabat-sahabatku adalah pelindung bagi ummatku, maka apabila
sahabat-sahabatku telah pergi, datanglah apa yang dijanjikan terhadap ummatku”. [3]
4. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam Musnad Al Bazzaar:
"إن
الله اختار أصحابى على العالمين، سوى النبيين والمرسلين، واختار لى من أصحابى
أربعة أبا بكر، وعمر وعثمان، وعلياً رضي الله عنهم فجعلهم أصحابى قال فى أصحابى
كلهم خير، وأختار أمتى على الأمم، وأختار من أمتى أربعة قرون، القرن الأول والثانى
والثالث، والرابع"
“Sesungguhnya Allah memilih para sahabatku atas sekalian alam,
selain daripada para nabi dan rasul, dan Allah memilih empat diantara
sahabatku: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali Radhiyallau ‘Anhum untuk dijadikan sebagai sahabat (terdekat
dan terbaik)ku, lebih lanjut beliau
bersabda: “Pada diri sahabatku
seluruhnya adalah kebaikan, dan Allah memilih ummatku atas seluruh ummat yang
ada, dan dari seluruh ummatku Allah memilih empat generasi terbaik, yaitu:
generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat”.[4]
Dan hadits yang mulia ini menegaskan firman
Allah:
{
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ
اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا }
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar” (QS. Al Fath: 29).
Abdullah
bin Mas’ud juga menegaskan ayat dan hadits di atas dengan mengtakan:
"إن
الله نظر فى قلوب العباد، فوجد قلب محمد صلى الله عليه وسلم خير قلوب
العباد، فاصطفاه لنفسه وابتعثه برسالته، ثم نظر فى قلوب العباد بعد قلب محمد فوجد
قلوب أصحابه خير قلوب العباد، فجعلهم وزراء نبيه صلى الله عليه وسلم يقاتلون
عن دينه "
“Sesungguhnya Allah melihat ke dalam hati-hati para hamba-Nya, maka
didapatlah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pemilik hati yang
terbaik, maka Dia-pun memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa
risalah-Nya. Kemudaian setelah itu Allah kembali melihat ke hati-hati para
hamba-Nya setelah hati Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam maka didapatlah hati para
sahabat sebagai pemilik hati yang terbaik dari seluruh hamba-Nya, maka Allah
jadikan mereka sebagai pendamping-pendamping Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam memperjuangkan agama-Nya.
[5]
Berkata Imam Al Aamidiy[6]:
" واختيار الله لا يكون لمن
ليس بعدل "
5. Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
لا تسبوا أصحابى. لا تَسُبُّوا أصحابى : فوالذى
نفسى بيده! لو أن أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مثلَ أُحُدٍ ذهباً، ما أَدركَ مُدَّ
أَحَدِهِم، ولا نَصِيَفهُ".
“Janganlah kalian mencerca sahabatku, janganlah kalian mencerca
sahabatku, maka demi (Allah) yang jiwaku yang berada di tangan-Nya, seandainya
bila kalian berinfak seperti satu gunung uhud emas, hal itu tidaklah mampu
menyamai satu mud yang mereka infakkan bahkan walau seperduanya”[8]
Sahabat yang mulia Sa’id Bin Za’id Bin Amr, salah seorang dari sepuluh orang
yang dijamin surga ketika beliau mendengar seorang laki-laki yang berasal dari
kufah mencela salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam beliau berkata:
"…
والله لمشهد شهده رجل يغبر فيه وجهه مع رسول الله صلى الله عليه وسلم : أفضل
من عمل أحدكم ، ولو عمر عمر نوح عليه السلام "
“Demi Allah satu pertempuran yang disaksikan seseorang hingga berdebu mukanya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu lebih afdhol dari amalan salah seorang
diantara kalian meskipun umurnya seperti umur nabi Nuh ‘Alaihis Salam[9]
Syaikh Az Zarqaaniy Rahimahullah berkata: “Maka kamu lihat dari persaksian-persaksian
dari Kitab dan Sunnah, yang meninggikan kedudukan para sahabat hingga ke
puncak, sehingga Allah tidak meninggalkan sedikitpun bagi seorang pencerca dan
pembawa syubhat pada diri mereka sebuah dalil yang dapat diterima.
Sebuah realita bahwa bila akal terlepas dari
mengikuti hawa nafsu dan ta’ashshub, maka ia akan menerima semua ini dengan menyandarkan
hikmah dan rahmat kepada Allah, bahwa Ia akan memilih pendamping-pendamping
pembawa penutup syariat suatu ummat dan komunitas yang kacau balau, Maha Tinggi
Allah dari semua itu dengan ketinggian yang besar.
Dan dari sinilah bila kita menguatkan generasi
yang mulia ini yaitu generasi para sahabat termasuk pembelaan terhadap Al
Qur’an dan Sunnah, dan
prinsip Islam dari satu sisi, dan juga merupakan sebuah bentuk keadilan dalam
beretika kepada siapa yang berhak mendapatkannya dari sisi yang kedua, dan
sebagai bentuk penghormatan terhadap hikmah Allah yang Maha Sempurna dalam
memilih pendamping-pendamping penyampai risalah yang agung ini dari sisi yang
ketiga.
Sebagaimana pula penghinaan Allah
terhadap orang-orang yang menolak dan menentang pilihan Sang Maha Bijaksana,
serta penghinaan mereka terhadap generasi yang mulia dan terbaik dimana hal
tersebut merupakan wujud penghancuran kredibilitas Al Qur’an dan Sunnah serta Agama.[10]
Catatan: tulisan ini adalah terjemahan dan
ana belum mentahqiqnya dengan baik, hanya saja sebagai penjagaan terhadap
tulisan ini jangan smpai hilang dan terhaapus dalam file.
[1] (Lihat: “Shahih Muslim Syarhun Nawawi kitaab Al Qasaamah
bab Taghlizh Tahriim Ad Dima’ wal a’raad 6/182 No 1679, dan lihat juga: Shahih Al Bukhari Syarhu
Fathil Baari dalam Kitabut Tauhiid bab Firman Allah: Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. 13/433 no 7447 dari Hadits Abu Bakrah Radhiyallahu
‘Anhu)
[2] (HR. Bukhari Syarhu Fathil Bari kitab
fadhoil shahaabah, bab fadhoil ashhaabin Nabiyyi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, wa man shohiba annabiyya
Shallallahu ‘Alaihi wasallam au ra’aahu minal muslimin fahuwa min ashhaabihi 7/5 no 3651, dan Imam muslim dalam Shahih
Muslim Syarhun Nawawi kitaab fadhoil shahaabah tsummal ladziina yaluunahum
tsummal adziina yaluunahum 8/ hal 324 no 2533)
[3] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim Syarhun
Nawawi kitaab fadhoil shahaabah, Bab: Penjelasan bahwa keberadaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam adalah pelindung bagi para sahabatnya, dan para
sahabatnya adalah pelindung bagi ummatnya jilid 8 hal 322 no 2531).
[4] (Dikeluarkan oleh: Al Bazaar dalam Musnadnya,
dan lihat juga: “Kasyful astaar kitaabal
manaaqib, bab manaqib ashhaban
Nabiyyi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jilid 1 hal 88, berkata Al Hafizh Al Haitsamiy
dalam majma’ Az Zawaaid jilid 10 hal 16: Hadits tersebut diriwayatkan oleh al
Bazzaar dan para perawinya adalah tsiqah, dan pada sebagiannya
terdapat khilaf.
[5] (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya
jilid 1 hal 379 dan berkata Al Hafizh Al Haitsamiy dalam majma’ Az Zawaaid jilid 1 hal 178 hadits tersebut
diriwayatkan Imam ahmad dan para rowinya adalah tsiqoh, dan diriwayatkan pula
oleh Ibnu Abdil Bar dalam Muqaddimah al istiiaab jilid 1 hal
12-13)
[6] (Al Aamidiy: Ali bin abi Ali bin Muhammad bin
Salim Ats-Tsa’labiy, berkuniyah Abu al
Hasan, digelari sebagai “Saifuddiin” beliau adalah seorang
faqih, ulama ushul dan mantiq, akhlaknya baik, fasih bicaranya, kuat
penjelasannya, dan memiliki karya-karya tulis diantaranya; Al Ihkaam Fi
Ushulil Ahkaam, dan Daqaaiq Al Haqaaiq Fil Hikmah, wafat tahun
631 H, dan biografinya juga tertulis dalam wafayaatul a’yaan jilid 3 hal 293 no 432, dan juga terdapat
dalam Thobaqaat Asy-Syaafi’iyyah karya ibnu As-Subkiy jilid 8 hal 306 no 1207, dan juga dalam Al
Bidayah Wan nihayah jilid 13 hal 140.
[8] (HR. Muslim dalam Shahih Muslim Syarhun
Nawawi kitaab fadhoil shahaabah, Bab: Diharamkannya mencelah para
sahabat 8/332 no 2540, dan al Bukhari Syrhu Fathil Bari kitab fadhoil
shahaabah, Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “seandainya aku boleh memilih seorang kekasih” 7/25 no 3673)
[9] Dikeluarkan
oleh Ahmad dalam Musnadnya 1/187, dan Abu Dawud dalam sunannya kitab sunnah bab
fil khulafa’ 4/212 no 4650, dan sanadnya dishahihkan oleh Syaikh ahmad Muhammad
Syakir pada Ta’liiqu ‘alal Musnad 3/108)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar