Menu

Selasa, 22 Mei 2012

Silsilalah Pembelaan Terhadap Keadilan Sahabat 3 ( Dalil ketiga: Dalil-dalil Ijma’ terhadap keadilan sahabat)

 Dalil ketiga: Dalil-dalil Ijma’ terhadap keadilan sahabat

Ummat Islam telah ijma’ (bersepakat) akan keadilan sahabat kecuali orang yang tidak terhitung sedikitpun atas penyelisihannya[1]terhadap kesaksian Allah dan Rasul-Nya bahwa seluruh para sahabat adalah generasi adil, dan ijma’ keadailan ini telah banyak dinukilkan dari para Ulama ummat, dari kalangan ulama hadits, ulama fiqhi, dan ulama ushul

Imam Al Khotib al Bagdadi Rahimahulllah berkata:

"إنه لو لم يرد من الله عز وجل ورسوله فيهم شئ مما ذكرناه، لأوجبت الحال التى كانوا عليها من الهجرة، والجهاد، والنصرة، وبذل المهج، والأموال، وقتل الآباء والأولاد، والمناصحة فى الدين، وقوة الإيمان واليقين : القطع على عدالتهم، والاعتقاد لنزاهتهم، وأنهم أفضل من جميع المعدلين والمزكين، الذين يجيئون من بعدهم أبد الآبدين. هذا مذهب كافة العلماء ومن يعتد بقوله من الفقهاء"

Seandainya (keadilan sahabat) tidak disebutkan oleh Allah Azza Wajalla dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, maka cukuplah apa yang telah mereka lakukan berupa perjuangan hijrah, jihad, pertolongan, pengorbanan jiwa, harta, pembunuhan terhadap bapak-bapak dan anak-anak mereka (yang kafir dan menentang Allah dan Rasul-Nya, red), saling menasihati dalam beragama, kekuatan iman dan keyakinan, sebagai bukti yang mewajibkan kita untuk mengakui akan keadilan mereka dan keyakinan integritas bahwa mereka adalah orang-orang yang terbaik dari seluruh orang-orang yang disifati adil dan terakui setelahnya pada setiap abad dan generasi, ini adalah madzhab seluruh ulama termasuk diantaranya dari kalangan fuqaha’.[2]


Ibnu Ash Sholah Rahimahulllah berkata:

 " للصحابة بأسرهم خصيصة ، وهى أنه لا يسأل عن عدالة أحد منهم، بل ذلك أمر مفروغ منه لكونهم على الإطلاق معدلين بنصوص الكتاب، والسنة، وإجماع من يعتد به فى الإجماع من الأمة"

Para sahabat memiliki keutamaan khusus, yaitu keadilan mereka tidak lagi dipertanyakan disebabkabn  masalah ini telah selesai darinya karena kedudukan mereka secara mutlak telah dita’dil oleh teks-teks Al Qur’an dan Sunnah, serta ijma’ dari yang terakui keijma’annya.[3] 
Al Iraaqy Rahimahullah berkata:

"إن جميع الأمة مجمعة على تعديل من لم يلابس الفتن منهم وأما من لابس الفتن منهم وذلك حين مقتل عثمان رضي الله عنه فأجمع من يعتد به أيضاً فى الإجماع على تعديلهم إحساناً للظن بهم، وحملاً لهم فى ذلك على الاجتهاد " 

Sesungguhnya seluruh ummat Islam telah bersepakat akan keadilan sahabat bagi yang tidak terjatuh pada fitnah, adapun yang terjatuh pada fitnah ketika terbunuhnya Utsman Radhiyallahu Anhu maka tetap disepakati juga keadilannya oleh ahlul ijma yang terakui keijmaannya sebagai bentuk perasangka baik terhadap mereka, dengan meyakini bahwa hal itu terjadi karena lahir dari hasil ijtihad.[4]       

Imam Al Ghazali Rahimahullah berkata:

"والذى عليه سلف الأمة ، وجماهير الخلق ، أن عدالتهم معلومة بتعديل الله عز وجل إياهم وثنائه عليهم فى كتابه، فهو معتقدنا فيهم ، إلا أن يثبت بطريق قاطع ارتكاب واحد لفسق مع علمه به، وذلك مما لا يثبت فلا حاجة لهم إلى التعديل - ثم ذكر بعض ما دل على عدالتهم من كتاب الله عز وجل وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم  ثم قال : فأى تعديل أصح من تعديل علام الغيوب - سبحانه - وتعديل رسوله صلى الله عليه وسلم  كيف ولو لم يرد الثناء لكان فيما اشتهر وتواتر من حالهم فى الهجرة، والجهاد، وبذل المهج، والأموال، وقتل الآباء والأهل، فى موالاة رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ونصرته، كفاية فى القطع بعدالتهم" 

Adapun yang dipegangi oleh pendahulu ummat ini, dan mayoritas manusia, bahwasanya keadilan mereka diketahui dengan tadil dan pujian Allah Azza Wajalla atas mereka di dalam Al Qurannya, dan itulah keyakinan kita atas mereka, kecuali bila terdapat keterangan yang jelas akan terjatuhnya salah seorang diantara mereka pada perbuatan kefasikan sedang ia mengetahuinya. Namun hal itu tidak kita dapatkan, maka tak ada hajat bagi mereka untuk ditadil  
Kemudian beliau menyebutkan sebagian naskahyang menunjukkan akan keadilan mereka dari kitab Allah Azza Wajalla dan sunnah sunnah Rasul-Nya shallallahu Alaihi Wasallam,
Kemudian beliau berkata lagi: Maka Tadil siapakah yang lebih benar dari tadil Dzat yang megetahui hal yang ghoib, subhanahu, dan tadil dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam   Seandainya (keadilan sahabat) tidak disebutkn oleh Allah Azza Wajalla dan rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, maka cukuplah apa yang telah mereka lakukan berupa perjuangan hijrah, jihad, pertolongan, pengorbanan jiwa, harta, pembunuhan terhadap bapak-bapak dan keluarga mereka (yang kafir dan menentang Allah dan Rasul-Nya, red), demi menunjukkan loyalnya dan pertolonngan mereka kepada Nabi Muhammad Shallallahu Aaihi Wasallam, sebagai bukti keadilan mereka.[5]    
    
Demikianlah nukilan-nukilan ijma’ yang penuh berkah dari para imam dan selainnya sangat banyak menjelaskan dengan terang benderang bahwa keadilan sahabat ditetapkan secara  mutlak tanpa terkecuali, dan bahwasanya keadilan mereka adalah sesuatu yang tak dapat diganggu gugah dan itu dapat diterima.
Maka tak ada sedikitpun keraguan tentang keadilan salah seorang dari mereka, setelah Ta’dil Allah Azza Wajalla, dan Rasulul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  serta ijma para imam terhadapnya.[6]
Dan apabila berulang padamu tentang keadilan seluruh sahabat yang diakui kesahabatannya, maka darinya engkau tahu bahwa bila seorang perawi berkata tentang seseorang bahwa dia adalah sahabat meskipun tidak menyebut namanya, maka riwayat tersebut adalah hujjah, dan ketidakjelasan namanya tidaklah membahayakan, karena keadilan mereka telah terakui secara umum.[7]
Al Imam Al Juwaini Rahimahullah  berkata:
"ولعل السبب فى قبولهم من غير بحث عن أحوالهم ، والسبب الذى أتاح الله الإجماع لأجله، أن الصحابة هم نقلة الشريعة، ولو ثبت توقف فى رواياتهم، لانحصرت الشريعة على عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولما استرسلت على سائر الأعصار"
“Mudah-mudahan diantara sebab diterimanya riwayat mereka tanpa harus mendeteksi keadaan-keadannya, dan sebab Allah mengizinkan terjadinya Ijma’ atasnya, Karena para sahabat adalah penukil-penukil syari’at, seandainya riwayat ini hanya terhenti pada diri mereka saja, maka runtuhlah syari’at ini di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan tidak akan pernah bersambung pada zaman-zaman berikutnya.[8] 

Mereka adalah bapak-bapakku maka datangkanlah kepadaku orang-orag yang serupa dengan mereka
Ya Allah Apabila engkau mengumpulkan kami di hari perkumpulan maka kumpukanlah kami bersama mereka dalam rahmat dan keridhoaan-Mu….. Aamiin


[1] Baca perkataan- perkataan ulama dalam : Tadrib Rowi 2/214; dan Fawaatahur rahamuut 2/155-156; dan al Bahrul Muhith 4/299-300; dan Irsyaadul fuhuul 1/274-278

[2] Al Kifayah hal 96

[3] Uluumul hadits hal 176

[4] Syarah Ulfiyatul Iraaqy Al musammaah bittabshirah wattadzkirah karya Al Iraqy 3/13 hal 13-14 

[5] Al Mustashfaa 1/164, dan lihat Al Ihkaam karya Al Amidiy 2/81-82,dan Bahrul Muhith Az Zarkasyi 4/299 

[6] (Lihat: Al Makanah Al Ilmiyah karangan Abdurrazzaaq Ash-Shon Aaniy dalam Al hadits An Nabawi  karangan Al Ustadz DR Ismail Ad Daftaar 1/291 pembahasan (tidak ada pengecualian terhadap satupun akan  keadilan para sahabat) dan lihat pula Taudhihul Afkaar 2/470-471)

[7] (Irsyaadul Fuhuul  Karya Asy-Syaukaniy 1/278; dan lihat pula Fathul Mughiits Karya As Sakhowi 3/97)

[8] (Al burhaan fi Ushulil Fiqhi 1/242, dan lihat juga: Irsyaadul Fuhuul  Karya Asy-Syaukaniy 1/275)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar