Menu

Jumat, 08 Juni 2012

Mandi untuk Wuquf di Muzdalifah


Mandi untuk Wuquf di Muzdalifah[1]

    A.      Apa itu muzdalifah?

            a.       Secara Etimologi: 

       Al Azhari berkata: Dinamakan (Muzdalifah) dari kata “Attazalluf”  dan “Al Izdilaaf”   (menghampiri) yang bersinonim dengan kata “At Taqarrub”  (Mendekat) karena para jamaah haji setelah menyelesaikan kegiatannya di Arafah mereka menghampri Muzdalifah dan mendekat padanya.[2]   

Contoh dalam Al Qur’an : 

فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ
       Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu  (meminta-mintanya. (QS. Al Mulk: 27)
وقيل سميت بذلك لمجئ الناس إليها في زلف من الليل أي ساعات
      
 Dikatakan bahwa dinamakan demikian karena manusia datang ke muzdalifah pada waktu permulaan malam  atau sebagian waktu malam [3]

       Contoh:
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.[4]
 
b.      Secara Terminology

       Muzdalifah adalah tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah terletak di antara Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan lembah Muhassir.

B.      Apa Hukum mandi untuk Wuquf di Muzdalifah?

Hukum mandi untuk mabit dan Wuquf di Muzdalifah adalah Mustahab sebagaiman yang dinashkan oleh Imam Asy-Syafi’I Rahimahullah  dalam kitabnya Al Umm
Sebagian Iraqiyyin memandang pendapat ini lemah, namun dalam Al Majma’  dinukilkan bahwa ia perkataan jumhur
Imam Asy-Syafi’I Rahimahullah  dalam kitabnya Al Umm menyebutkan tentang disenanginganya mandi untuk wuquf di Muzdalifah
وأحب له أن يغتسل لرمي الجمار والوقوف بعرفة والمزدلفة
       “Dan disenangi baginya mandi untuk melempar Jumrah dan wuquf di Arafah serta Muzdalifah[5]  

Imam Annawawi Rahimahullah menjelaskan: “Berkata Asy-Syaafi’I Rahimahullah dalam Al Umm: hendaklah Seorang Muhrim mandi pada tujuh tempat  yaitu: sebelum ihram, memasuki makkah, wuquf di Arafah dan wuquf di Muzdalifah, dan melempar tiga jumrah, karena pada fenomena-fenomena ini manusia berkumpul dan diistihbabkan baginya mandi ……
Dan Imam Asy-Syafi’I berdalilkan dengan Atsar-atsar yang disebutkan setelah memaparkan ketujuh tempat tersebut
Dan disenangi untuk mandi pada momen-momen ini terutama ketika bau badan  mengalami perubahan, keringatan dan sebagainya, sebagai bentuk pembersihan terhadap badan, dan beliau mengatakan lebih ditekankan lagi bagi yang haid, namun  tak ada satupun dari momen-momen tersebut juga sebagai kewajiban[6]
 
c.       Yang Sunnah mabit atau wuquf di Muzdalifah?

       Imam  An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
       
 Dan perkataannya (Asy-Syafi’I dalam Umm): untuk Wuquf di Muzdalifah atau wuquf di Masy’aril haram yaitu wuquf yang dilakukan setelah shalat shubuh pada hari Nahr (Idul Adha)
     
  Yang menyelisihi pendapat ini adalah :

1.       Al Muhaamily dalam 3 kitabnya:
      pertama: “ Al Majmu’
      kedua: At-Tajriiddan
      ketiga: Al muqni’
2.               Abul Fath Saliim Ar Araaziy dalam Al Kifayah
3.              Dan Syaikh Nashr Al Maqdisiy dalam Al Kaafiy

       Mereka mengatakan bahwa: Mandi yang disunnahkan adalah untuk mabit di Muzdalifah dan bukan untuk Wuquf 

       Yang benar adalah mandi untuk wuquf dan bukan untuk mabit, karena pada mabit tidak ada di dalamnya perkumpulan, berbeda dengan wuquf[7]
        
Wallhu Ta’ala A’la Wa A’lam



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
        
        



[1] Disajikan dalam Taklim Fiqih Muslimah Unit Dakwah Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Bulukumba, Oleh Abu Fadhl Al Bugisy Qamus Mustamin di masjid At Tarbiyah 18 Rajab 1433H /08 Juni 2012
[2] Majmu’Terbitan Mauqi’ Ya’suub oleh Imam  An Nawawi Rahimahullah 8 / 128
[3] ibid
[4] Qur’an Terjemah Surat Huud: 114
[5] Al Umm Mauqi’ Ya’suub Oleh Imam Asy-Syafi’I  Juz 2/243
[6] Majmu’Terbitan Mauqi’ Ya’suub oleh Imam  An Nawawi Rahimahullah 7/213
[7] Majmu’Terbitan Mauqi’ Ya’suub oleh Imam  An Nawawi Rahimahullah 7/214

Tidak ada komentar:

Posting Komentar