Mandi untuk Wuquf di Muzdalifah[1]
a.
Secara Etimologi:
Al Azhari berkata: Dinamakan
(Muzdalifah) dari kata “Attazalluf” dan
“Al Izdilaaf” (menghampiri) yang
bersinonim dengan kata “At Taqarrub” (Mendekat) karena para jamaah haji setelah
menyelesaikan kegiatannya di Arafah mereka menghampri Muzdalifah dan mendekat
padanya.[2]
Contoh dalam Al Qur’an :
فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ
Ketika
mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu
menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu
selalu (meminta-mintanya. (QS. Al Mulk: 27)
وقيل سميت بذلك لمجئ الناس إليها في زلف من الليل أي ساعات
Dikatakan
bahwa dinamakan demikian karena manusia datang ke muzdalifah pada waktu
permulaan malam atau sebagian waktu
malam [3]
Contoh:
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.[4]
b.
Secara Terminology
Muzdalifah adalah tempat jamaah haji
diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada
malam hari. Muzdalifah terletak di antara Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan
dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan lembah Muhassir.
B.
Apa Hukum mandi untuk Wuquf
di Muzdalifah?
Hukum mandi untuk mabit dan Wuquf di Muzdalifah adalah
Mustahab sebagaiman yang dinashkan oleh Imam Asy-Syafi’I Rahimahullah dalam kitabnya Al Umm
Sebagian Iraqiyyin memandang pendapat ini lemah, namun
dalam Al Majma’ dinukilkan bahwa
ia perkataan jumhur
Imam Asy-Syafi’I Rahimahullah dalam kitabnya Al Umm menyebutkan
tentang disenanginganya mandi untuk wuquf di Muzdalifah
وأحب له
أن يغتسل لرمي الجمار والوقوف بعرفة والمزدلفة
“Dan
disenangi baginya mandi untuk melempar Jumrah dan wuquf di Arafah serta
Muzdalifah[5]
Imam Annawawi Rahimahullah menjelaskan: “Berkata
Asy-Syaafi’I Rahimahullah dalam Al Umm: hendaklah Seorang Muhrim mandi
pada tujuh tempat yaitu: sebelum ihram,
memasuki makkah, wuquf di Arafah dan wuquf di Muzdalifah, dan melempar tiga
jumrah, karena pada fenomena-fenomena ini manusia berkumpul dan diistihbabkan
baginya mandi ……
Dan
Imam Asy-Syafi’I berdalilkan dengan Atsar-atsar yang disebutkan setelah
memaparkan ketujuh tempat tersebut
Dan disenangi untuk mandi
pada momen-momen ini terutama ketika bau badan
mengalami perubahan, keringatan dan sebagainya, sebagai bentuk
pembersihan terhadap badan, dan beliau mengatakan lebih ditekankan lagi bagi yang
haid, namun tak ada satupun dari momen-momen
tersebut juga sebagai kewajiban[6]
c.
Yang Sunnah mabit atau wuquf
di Muzdalifah?
Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
Dan
perkataannya (Asy-Syafi’I dalam Umm): untuk Wuquf di Muzdalifah atau wuquf di
Masy’aril haram yaitu wuquf yang dilakukan setelah shalat shubuh pada hari Nahr
(Idul Adha)
Yang
menyelisihi pendapat ini adalah :
1.
Al Muhaamily dalam 3 kitabnya:
pertama: “ Al Majmu’
kedua: At-Tajriiddan
ketiga: Al muqni’
2.
Abul Fath Saliim Ar Araaziy dalam Al
Kifayah
3.
Dan Syaikh
Nashr Al Maqdisiy dalam Al Kaafiy
Mereka
mengatakan bahwa: Mandi yang disunnahkan adalah untuk mabit di Muzdalifah dan
bukan untuk Wuquf
Yang benar adalah
mandi untuk wuquf dan bukan untuk mabit, karena pada mabit tidak ada di
dalamnya perkumpulan, berbeda dengan wuquf[7]
Wallhu Ta’ala A’la Wa A’lam
[1]
Disajikan dalam Taklim Fiqih Muslimah Unit Dakwah Lembaga Muslimah Wahdah
Islamiyah Bulukumba, Oleh Abu Fadhl Al Bugisy Qamus Mustamin di masjid At
Tarbiyah 18 Rajab 1433H /08 Juni 2012
[2]
Majmu’Terbitan Mauqi’ Ya’suub oleh Imam An Nawawi Rahimahullah 8 / 128
[3]
ibid
[4]
Qur’an Terjemah Surat Huud: 114
[5]
Al Umm Mauqi’ Ya’suub Oleh Imam Asy-Syafi’I Juz 2/243
Tidak ada komentar:
Posting Komentar