Menu

Minggu, 30 Desember 2018

HIKMAH PERGANTIAN WAKTU



Diantara tanda-tanda kebesaran Allah ialah dipergantikannya siang dan malam oleh-Nya, namun tanda-tanda kebesaran Allah tersebut hanya dapat dirasakan oleh seorang visioner

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠﴾
            

 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.       (QS. 3. Aali ‘Imraan: 190)

Ciri-ciri orang yang visioner (berakal) itu disebutkan pada ayat berikutnya

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
(orang-orang yang berakal itu ialah) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3. Aali ‘Imraan: 191)

                    Diantara hikmah dipergantikannya siang dan malam ialah agar orang yang berakal dapat merasakan kebesaran Allah, dari rasa kebesaran yang didapatkannya ia kemudian berdzikir kepada Allah, hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan dzikir dalam agama Islam

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ .....﴿٤٥﴾
Dan dirikanlah shalat karena sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya dzikir (mengingat Allah dalam shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). 

                    Allah Subhana Wa Ta’ala dan Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengajarkan bagaimana menyikapi pergantian waktu dengan melakukan dzikir dan shalat yang berlangsung siang dan malam, sebagaimana pada ayat berikut:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka 
.
 puncak dari dzikir ialah shalat
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaahaa: 20/ 14)
Oleh karena itu, setiap pergantian waktu disyariatkan untuk melakukan shalat. Ketika terbit fajar shadiq, Allah dan rasul-Nya mewajibkan shalat subuh,
Ketika matahari telah terbit, dianjurkan shalat isyraq bagi yang mengerjakan shalat subuh berjamaah dan duduk berdzikir sampai terbitnya matahari. Ketika matahari mulai memanasi hewan-hewan ternak di tanah lapang, dianjurkan melakukan shalat dhuha. Ketika matahari telah tergelincir dari timur ke barat, diwajibkan shalat duhur. Ketika bayangan seseorang telah sejajar dengan cahaya matahari, diwajibkan shalat ashar. Ketika matahari telah tenggelam, diwajibkan shalat magrib. Ketika cahaya merah dari matahari telah menghilang, diwajibkan shalat isya.Demikian seterusnya.   

Apabila terjadi pergantian waktu dan seorang muslim merasakan kebesaran Allah, ia memetik hikmah dan pelajaran akan kekuasaan Allah pada saat itu dengan melakukan shalat untuk berdzikir kepada Allah maka sungguh ia telah bersyukur kepada Allah dengan sebenar-benarnya syukur 

Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman :

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوراً ﴿٦٢﴾

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”. (QS 25. Al-Furqaan : 62)

Bukti syukur itu ialah dengan beribadah kepada Allah, karena puncak kesyukuran seseorang ialah beribadah
اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْراً وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ﴿١٣﴾
Beramal ibadahlah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah) dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. 34. Saba’ : 13)

Sebaliknya, sungguh celaka orang yang merasakan pergantian waktu lalu ia kemudian bergembira tetapi menyebabkannya lupa kepada Allah, karena esensi pergantian waktu tersebut ialah untuk mengingat Allah

لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ ﴿٧٦﴾

 "Janganlah kamu terlalu bergembira (bangga); sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (QS 28. Al-Qashash: 76)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ ﴿٩﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS 63. Al-Munaafiquun : 9)

Semoga bermanfaat

والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar